Internasional

Minyak Degdegan! Presiden Baru Iran Kasih Sinyal Ini ke Biden

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
22 June 2021 09:05
Infografis: Iran Tunjuk Ulama Jadi Presiden Baru
Foto: Infografis/Iran Tunjuk Ulama Jadi Presiden Baru/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran terpilih Ebrahim Raisi memberikan konferensi pers pertamanya sejak pemilihan negara itu, Senin (21/6/2021). Ia memberi sinyak khusus ke Amerika Serikat (AS), terutama Presiden Joe Biden.

Ini antara lain terkait kerja sama internasional dan perjanjian nuklir. Ulama itu mengatakan bahwa prioritasnya adalah meningkatkan hubungan dengan tetangga regional dan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan pihak Barat yang dipimpin AS.

"Kami mendukung negosiasi yang menjamin kepentingan nasional kami. Amerika harus segera kembali ke kesepakatan dan memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan itu," kata presiden berlatar belakang ulama itu sebagaimana dikutip CNBC International, dikutip Selasa (22/6/2021).

Raisi diketahui sebagai seorang tokoh yang mendukung agar Teheran kembali ke kesepakatan nuklir yang bernama Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Kesepakatan ini ditandatangani Iran di 2015 dan membebaskan negara itu dari sanksi Barat.

Namun kesepakatan ini dianulir Presiden AS Donald Trump di 2018. Pemerintahan Presiden Donald Trump menarik perjanjian yang melumpuhkan perdagangan internasional Iran bahkan Raisi juga dijatuhi sanksi Washington.

Saat ini negosiasi ulang untuk melanjutkan kembali kesepakatan tengah dilakukan di Wina, Austria. Sayangnya pihak-pihak terkait tampaknya masih menemui jalan buntu pada poin-poin utama, seperti transparansi Iran dengan inspektur nuklir.

Di sisi lain, saat ini pasar degdegan mengamati pembicaraan dan pesan Raisi untuk mengumpulkan apa artinya ini bagi pasokan minyak dunia. Ekspor minyak Iran dipangkas menjadi hanya sebagian kecil dari sebelumnya sebagai akibat dari sanksi Trump.

Kebangkitan kembali kesepakatan dan pencabutan pungutan dapat membawa kembali 3,8 juta barel per hari minyak ke pasar dari waktu ke waktu dari 2,1 juta barel per hari saat ini. Analis berpendapat bahwa beberapa pasar tradisional Iran seperti negara-negara Asia sangat menantikan hal ini.

"Banyak mantan pelanggan minyak Iran, khususnya di Asia, mengatakan mereka ingin melanjutkan pembelian, segera setelah sanksi selesai," ujar Herman Wang, analis minyak senior di Platts.

Ia menambahkan hal ini karena kadar asam dan kondensat minyak Iran yang jauh lebih sedikit dibanding minyak produksi Arab Saudi, Irak, dan Oman.

Sementara itu mengenai harga minyak, analis berpendapat bahwa perundingan JCPOA saat ini masih terus dipantau untuk menentukan harga minyak lanjutan.

"Pada tahap ini kami masih mengamati negosiasi di antara pihak-pihak JCPOA di Wina sebagai variabel yang lebih signifikan untuk harga minyak dalam waktu dekat," ujar Ed Bell, direktur penelitian komoditas di bank Emirates NBD yang berbasis di Dubai

Ia juga mengatakan bahwa terpilihnya Raisi tidak membawa katalis apa-apa bagi perjanjian itu, meski Raisi mendukung kesepakatan.

"Itu tidak mengatasi perbedaan yang masih ada di antara pihak-pihak JCPOA, termasuk fakta bahwa Raisi sendiri berada di bawah sanksi AS," katanya.

"Waktu untuk kembalinya minyak mentah Iran yang dapat diekspor secara bebas terus didorong kembali dan karena itu kami tidak melihat pengembalian minyak Iran ke pasar dalam waktu dekat," tambah Bell.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Fasilitas Nuklir Iran Meledak, Disebut Diserang Israel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular