
Bahaya! Corona Bikin Migas RI Going to Hell
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 May 2020 20:15
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Gubernur Indonesia untuk OPEC (2015-2016), Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan dampak dari pandemi corona (Covid-19) akan berdampak ke semua industri termasuk migas.
Menurutnya di Indonesia yang perlu menjadi perhatian adalah tidak semua perusahaan punya semua komponen. Dalam hal ini PT Pertamina (Persero) yang punya komponen dari hulu ke hilir.
"Secara independent fokus ke satu saja, Medco independent untuk ekplorasi dan produksi. TPPI di refinery. Kalau ditanya orang migas semua we are going to hell. Pengalaman Covid-19 ini tidak pernah terjadi sebelumnya," paparnya dalam konferensi pers virtual, Jumat, (8/05/2020).
Menurutnya price shocks pasar minyak dunia disebabkan penurunan konsumsi yang begitu besar. Celakanya sebelum pandemi ini sudah berat karena adanya over suplly, tidak ada kesepakatan OPEC+ antara Saudi dan Rusia. Sehingga terjadi penurunan yang luar biasa dari sisi harga.
Meski demikian, penurunan yang terjadi saat ini konteksnya belum yang teburuk atau terjelek, namun harga yang terjadi cukup bisa disebut terendah dalam sejarah. Ia menekankan bahwa minyak untuk hulu sampai hilir konteksnya crude oil, menjadi biaya untuk kilang.
Soal harga minyak menurutnya tidak sesederhana pergerakan di pasar internasional, karena tergantung dengan kebijakan masing-masing negara dan perubahan lain. Misalnya nilai tukar yang lemah juga berdampak.
"Demand yang turun drastis mengakibatkan kebaikan stok. Pertanyaannya adalah ada nggak sih tangkinya. Sebagian yang tidak tertampung ditaruh di kapal jadi penyimpanan," jelasnya.
Di saat harga minyak jatuh, imbuhnya, menutup produksi bukanlah solusi. Pasalanya jika ditutup dan tidak produksi lagi akan sangat berisiko. Jika setelah ditutup akan dibuka lagi untuk produksi belum tentu akan mengalir.
"Kalau minya nggak bisa ditutup dibuka lagi belum tentu mengalir, dan kalau tutup tidak produksi lagi sangat berisiko," jelasnya
(gus) Next Article Industri Migas RI Mulai Tertekan Harga Minyak & Corona
Menurutnya di Indonesia yang perlu menjadi perhatian adalah tidak semua perusahaan punya semua komponen. Dalam hal ini PT Pertamina (Persero) yang punya komponen dari hulu ke hilir.
"Secara independent fokus ke satu saja, Medco independent untuk ekplorasi dan produksi. TPPI di refinery. Kalau ditanya orang migas semua we are going to hell. Pengalaman Covid-19 ini tidak pernah terjadi sebelumnya," paparnya dalam konferensi pers virtual, Jumat, (8/05/2020).
Menurutnya price shocks pasar minyak dunia disebabkan penurunan konsumsi yang begitu besar. Celakanya sebelum pandemi ini sudah berat karena adanya over suplly, tidak ada kesepakatan OPEC+ antara Saudi dan Rusia. Sehingga terjadi penurunan yang luar biasa dari sisi harga.
Meski demikian, penurunan yang terjadi saat ini konteksnya belum yang teburuk atau terjelek, namun harga yang terjadi cukup bisa disebut terendah dalam sejarah. Ia menekankan bahwa minyak untuk hulu sampai hilir konteksnya crude oil, menjadi biaya untuk kilang.
Soal harga minyak menurutnya tidak sesederhana pergerakan di pasar internasional, karena tergantung dengan kebijakan masing-masing negara dan perubahan lain. Misalnya nilai tukar yang lemah juga berdampak.
"Demand yang turun drastis mengakibatkan kebaikan stok. Pertanyaannya adalah ada nggak sih tangkinya. Sebagian yang tidak tertampung ditaruh di kapal jadi penyimpanan," jelasnya.
Di saat harga minyak jatuh, imbuhnya, menutup produksi bukanlah solusi. Pasalanya jika ditutup dan tidak produksi lagi akan sangat berisiko. Jika setelah ditutup akan dibuka lagi untuk produksi belum tentu akan mengalir.
"Kalau minya nggak bisa ditutup dibuka lagi belum tentu mengalir, dan kalau tutup tidak produksi lagi sangat berisiko," jelasnya
(gus) Next Article Industri Migas RI Mulai Tertekan Harga Minyak & Corona
Most Popular