
BPH Migas Bongkar Mirisnya Penjualan BBM Gegara Corona
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 May 2020 14:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fansurullah Asa mengatakan dampak dari pendemi corona (Covid-19) membuat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) turun.
Akibat lockdown di beberapa negara membuat supply melimpah dan harga minyak anjlok.
Kondisi ini menurutnya menjadi dilema bagi PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang menyalurkan 75% BBM, sementara demandnya turun 30%-50%. Angka penurunan ini menurutnya sangat signifikan. Sehingga jika Pertamina mau impor BBM sudah tidak ada tempat untuk menyimpan.
"Supply and demand goyang, penuh semua kapal, produksi sudah dikurangi tapi tetap saja, kemudian tidak ada industri jalan dua bulan ini akibat lockdown. Untuk jakarta sampai 50%," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat, (8/05/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan jika Covid-19 ini berlangsung sampai akhir tahun, maka dampak perekonomiannya sangat besar, ekonomi akan tumbuh sagat minimal. " Kalau tidak segera covid-19 ini kalau sampai akhir tahun maka dampak perekonomian sangat besar pertumbuhan ekonomi sangat minimal," jelasnya.
Berdasarkan data dari BPH Migas laju pertumbuhan realisasi BBM tahun 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan akan -12,5%. Laju pertumbuhan realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT) 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan - 7,8%.
Kemudian laju pertumbuhan realisasi Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP) 2020 dibandingkan tahun 2019 -15,3%. Lalu laju pertumbuhan Jenin BBM Umum (JBU) 2020 dibandingkan 2019 akan -13,4%.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Rata-rata BBM nasional turun 26,4%, dengan rincian rata-rata penjualan bensin turun 29,8% dan rata-rata volume penjualan minyak solar 18,7%. Anjloknya konsumsi BBM diperparah dengan pelemahan rupiah yang menjadi suatu pukulan berat.
"Walupun dengan harga yang disubsidi, tapi volumenya tidak terserap banyak, akibatnya inventory meningkat yang tadinya 1 bulan menjadi 3 bulan ini berdampak pada operting cost yang juga menjadi tinggi," paparnya, Senin (4/05/2020).
(gus) Next Article BBM Subsidi Kelebihan Permintaan 1,28 Juta KL di 2019
Akibat lockdown di beberapa negara membuat supply melimpah dan harga minyak anjlok.
Kondisi ini menurutnya menjadi dilema bagi PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang menyalurkan 75% BBM, sementara demandnya turun 30%-50%. Angka penurunan ini menurutnya sangat signifikan. Sehingga jika Pertamina mau impor BBM sudah tidak ada tempat untuk menyimpan.
Lebih lanjut ia mengatakan jika Covid-19 ini berlangsung sampai akhir tahun, maka dampak perekonomiannya sangat besar, ekonomi akan tumbuh sagat minimal. " Kalau tidak segera covid-19 ini kalau sampai akhir tahun maka dampak perekonomian sangat besar pertumbuhan ekonomi sangat minimal," jelasnya.
Berdasarkan data dari BPH Migas laju pertumbuhan realisasi BBM tahun 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan akan -12,5%. Laju pertumbuhan realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT) 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan - 7,8%.
Kemudian laju pertumbuhan realisasi Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP) 2020 dibandingkan tahun 2019 -15,3%. Lalu laju pertumbuhan Jenin BBM Umum (JBU) 2020 dibandingkan 2019 akan -13,4%.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Rata-rata BBM nasional turun 26,4%, dengan rincian rata-rata penjualan bensin turun 29,8% dan rata-rata volume penjualan minyak solar 18,7%. Anjloknya konsumsi BBM diperparah dengan pelemahan rupiah yang menjadi suatu pukulan berat.
"Walupun dengan harga yang disubsidi, tapi volumenya tidak terserap banyak, akibatnya inventory meningkat yang tadinya 1 bulan menjadi 3 bulan ini berdampak pada operting cost yang juga menjadi tinggi," paparnya, Senin (4/05/2020).
(gus) Next Article BBM Subsidi Kelebihan Permintaan 1,28 Juta KL di 2019
Most Popular