
Penjualan Bensin Anjlok 70%, 140 Ribu Pegawai SPBU Terancam!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 May 2020 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) anjlok dampak dari pandemi corona (Covid-19).
Dewan Pengurus Pusat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (DPP Hiswana Migas) menyabut sampai saat ini anggotanya di bidang SPBU sudah mengalami penurunan penjualan 20% - 70%.
Ketua Umum DPP Hiswana Migas Rachmad Muhamadiyah mengatakan, tingkat penurunan penjualan tergantung dari lokasi SPBU. Jika SPBU berada di daerah yang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberlakukan PSBB.
"Dengan menurunnya penjualan ditambah adanya biaya ekstra untuk menanggulangi penularan virus Covid-19 ini, tentunya akan mengurangi keuntungan pengusaha SPBU," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat, (8/05/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini sudah ada sebagian SPBU mengalami kerugian. Menurutnya meski konsumsi turun, semua pengusaha SPBU telah berkomitmen untuk tetap beroperasi selama masa pademi Covid-19.
"Memang saat ini ada sebagian SPBU telah mengalami kerugian akan tetapi tidak semuanya," jelasnya.
Meski dalam kondisi kurang baik, imbuhnya, tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan/operatornya.
Jumlah SPBU di Indonesia sebanyak 7.000 SPBU. Masing-masing SPBU jumlah karyawan/operatornya sebanyak 20 orang. Sehingga total pekerja secara nasional mencapai 140.000 orang.
"Kami berharap dan berdoa agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Saat ini untuk bisa bertahan usahanya sudah bagus," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Rata-rata BBM nasional turun 26,4%, dengan rincian rata-rata penjualan bensin turun 29,8% dan rata-rata volume penjualan minyak solar 18,7%. Anjloknya konsumsi BBM diperparah dengan pelemahan rupiah yang menjadi suatu pukulan berat. "Walupun dengan harga yang disubsidi, tapi volumenya tidak terserap banyak, akibatnya inventory meningkat yang tadinya 1 bulan menjadi 3 bulan ini berdampak pada operting cost yang juga menjadi tinggi," paparnya, Senin (4/05/2020).
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawat mengatakan penurunan konsumsi di kota-kota besar seperti DKI, Bandung, Makassar agkanya di atas 50%. Meski penjualan anjlok, Nicke mengatakan SPBU akan tetap buka melayani pelanggan dengan protap keamanan Covid-19.
(gus) Next Article Ini Jawaban SPBU Asing Soal Harga BBM yang Ditanyakan ESDM
Dewan Pengurus Pusat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (DPP Hiswana Migas) menyabut sampai saat ini anggotanya di bidang SPBU sudah mengalami penurunan penjualan 20% - 70%.
Ketua Umum DPP Hiswana Migas Rachmad Muhamadiyah mengatakan, tingkat penurunan penjualan tergantung dari lokasi SPBU. Jika SPBU berada di daerah yang diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberlakukan PSBB.
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini sudah ada sebagian SPBU mengalami kerugian. Menurutnya meski konsumsi turun, semua pengusaha SPBU telah berkomitmen untuk tetap beroperasi selama masa pademi Covid-19.
"Memang saat ini ada sebagian SPBU telah mengalami kerugian akan tetapi tidak semuanya," jelasnya.
Meski dalam kondisi kurang baik, imbuhnya, tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan/operatornya.
Jumlah SPBU di Indonesia sebanyak 7.000 SPBU. Masing-masing SPBU jumlah karyawan/operatornya sebanyak 20 orang. Sehingga total pekerja secara nasional mencapai 140.000 orang.
"Kami berharap dan berdoa agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Saat ini untuk bisa bertahan usahanya sudah bagus," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Rata-rata BBM nasional turun 26,4%, dengan rincian rata-rata penjualan bensin turun 29,8% dan rata-rata volume penjualan minyak solar 18,7%. Anjloknya konsumsi BBM diperparah dengan pelemahan rupiah yang menjadi suatu pukulan berat. "Walupun dengan harga yang disubsidi, tapi volumenya tidak terserap banyak, akibatnya inventory meningkat yang tadinya 1 bulan menjadi 3 bulan ini berdampak pada operting cost yang juga menjadi tinggi," paparnya, Senin (4/05/2020).
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawat mengatakan penurunan konsumsi di kota-kota besar seperti DKI, Bandung, Makassar agkanya di atas 50%. Meski penjualan anjlok, Nicke mengatakan SPBU akan tetap buka melayani pelanggan dengan protap keamanan Covid-19.
(gus) Next Article Ini Jawaban SPBU Asing Soal Harga BBM yang Ditanyakan ESDM
Most Popular