
PHK dan Rumahkan 1,8 Juta Orang, Industri Tekstil Pulih 2021
Hidayat Arif Subakti, CNBC Indonesia
08 May 2020 19:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkapkan beratnya tekanan bagi Industri tekstil dan produk tekstil (garmen) saat ini. Selain sepinya pasar domestik dan ekspor, namun industri tetap dituntut untuk membayar sejumlah tagihan rutin mulai dari tagihan listrik, BPJS ketenagakerjaan hingga bunga tagihan perbankan.
Sekjen API Rizal Tanzil mengatakan industri harus mampu bertahan semaksimal daripada tutup. Namun, ia mengaku ada banyak pelaku tekstil yang harus gulung tikar. Saat ini setidaknya ada 1,8 juta pekerja kena PHK dan dirumahkan di sektor TPT akibat pandemi corona.
"Sayangnya kalau industri ini tutup dan memulai lagi itu jauh lebih berat, dan itulah yang menjadi pertimbangan kami supaya bisa bertahan karena untuk memulai lagi itu akan lebih sulit daripada mencoba bertahan, sehingga kita berharap bantuan dari pemerintah supaya bisa mendapat angin segar," ungkap Rizal Tansil dalam dialog via Zoom bersama Closing Bell, CNBC Indonesia, Jumat (08/05/2020).
Menurut Rizal setelah hantaman Covid-19 industri tekstil akan butuh waktu cukup lama untuk pulih kembali. Jika melihat kondisi saat ini, Industri tekstil bisa benar-benar pulih tahun 2021 mendatang
"Minimal butuh satu tahun paling cepat kita bisa pulih seperti semula setelah covid ini, minimal setahun itu kita butuh kepastian pasar dalam negeri yang cukup baik sehingga produk kita bisa terserap di dalam negeri dengan safeguard untuk pakaian jadi," ujar Rizal.
Selain hantaman Covid-19, industri tekstil juga akan mendapat ancaman dari impor China. Industri tekstil China saat ini memang sedang mulai kembali berproduksi pasca serangan Covid-19 beberapa waktu lalu.
Impor garmen dari China inilah yang ditakutkan oleh pengusaha karena dapat merebut posisi di pasar domestik, sehingga asosiasi meminta pemerintah untuk melakukan safeguard untuk memperkuat industri tekstil di pasar domestik.
"Penting untuk penguatan struktur industri tekstil dengan menjaga dan proteksi dalam negeri seperti yang dilakukan Turki yang melakukan safeguard sebanyak 30 persen lebih untuk hampir semua produk tekstil, untuk mempercepat pertumbuhan industri nasional, dan ini bisa diikuti oleh Indonesia," kata Rizal.
Rizal juga mengungkapkan bahwa selama ini industri tekstil kerap kali kecolongan dalam posisi sektor tengah dimana kain dan benang lebih banyak diisi oleh produk impor. Para anggota asosiasi meminta pemerintah untuk bisa memberikan proteksi bagi produk lokal dan memperkuat kerjasama dengan negara- negara yang menjadi pasar ekspor tekstil Indonesia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah hingga Afrika.
(hoi/hoi) Next Article Soal PHK Pengusaha Punya Data Mengejutkan, Ada 7 Juta Orang
Sekjen API Rizal Tanzil mengatakan industri harus mampu bertahan semaksimal daripada tutup. Namun, ia mengaku ada banyak pelaku tekstil yang harus gulung tikar. Saat ini setidaknya ada 1,8 juta pekerja kena PHK dan dirumahkan di sektor TPT akibat pandemi corona.
"Sayangnya kalau industri ini tutup dan memulai lagi itu jauh lebih berat, dan itulah yang menjadi pertimbangan kami supaya bisa bertahan karena untuk memulai lagi itu akan lebih sulit daripada mencoba bertahan, sehingga kita berharap bantuan dari pemerintah supaya bisa mendapat angin segar," ungkap Rizal Tansil dalam dialog via Zoom bersama Closing Bell, CNBC Indonesia, Jumat (08/05/2020).
Menurut Rizal setelah hantaman Covid-19 industri tekstil akan butuh waktu cukup lama untuk pulih kembali. Jika melihat kondisi saat ini, Industri tekstil bisa benar-benar pulih tahun 2021 mendatang
"Minimal butuh satu tahun paling cepat kita bisa pulih seperti semula setelah covid ini, minimal setahun itu kita butuh kepastian pasar dalam negeri yang cukup baik sehingga produk kita bisa terserap di dalam negeri dengan safeguard untuk pakaian jadi," ujar Rizal.
Selain hantaman Covid-19, industri tekstil juga akan mendapat ancaman dari impor China. Industri tekstil China saat ini memang sedang mulai kembali berproduksi pasca serangan Covid-19 beberapa waktu lalu.
Impor garmen dari China inilah yang ditakutkan oleh pengusaha karena dapat merebut posisi di pasar domestik, sehingga asosiasi meminta pemerintah untuk melakukan safeguard untuk memperkuat industri tekstil di pasar domestik.
"Penting untuk penguatan struktur industri tekstil dengan menjaga dan proteksi dalam negeri seperti yang dilakukan Turki yang melakukan safeguard sebanyak 30 persen lebih untuk hampir semua produk tekstil, untuk mempercepat pertumbuhan industri nasional, dan ini bisa diikuti oleh Indonesia," kata Rizal.
Rizal juga mengungkapkan bahwa selama ini industri tekstil kerap kali kecolongan dalam posisi sektor tengah dimana kain dan benang lebih banyak diisi oleh produk impor. Para anggota asosiasi meminta pemerintah untuk bisa memberikan proteksi bagi produk lokal dan memperkuat kerjasama dengan negara- negara yang menjadi pasar ekspor tekstil Indonesia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah hingga Afrika.
(hoi/hoi) Next Article Soal PHK Pengusaha Punya Data Mengejutkan, Ada 7 Juta Orang
Most Popular