
Corona Oh Corona, Kau Bawa Manufaktur Dunia ke Nestapa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 May 2020 06:44

Di Eropa, situasinya tidak lebih baik. Pada April, PMI manufaktur Zona Euro berada di 33,4. Turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 44,5 dan menjadi catatan terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI di Benua Biru pada Juni 1997.
"Sektor manufaktur Eropa terpukul ke posisi yang belum pernah kita lihat sepanjang hampir 23 tahun sejarah pencatatan PMI. Ini merupakan kombinasi dari penutupan pabrik yang terjadi di mana-mana, anjloknya permintaan, dan terbatasnya pasokan bahan baku. Seluruhnya akibat pandemi Covid-19.
"Dengan laju penyebaran virus yang melambat dan saat ini sudah ada rencana untuk mencabut berbagai larangan, semoga April adalah mata badai, titik terdalam dari penurunan aktivitas ekonomi. Ke depan ada harapan laju kontraksi PMI akan berkurang seiring orang-orang yang kembali bekerja.
"Namun perlu dicatat, PMI mengindikasikan kondisi industri dalam tempo satu kuartal. Jika terjadi koreksi sampai dua digit, maka sepertinya pemulihan akan berjalan lambat. Bisa dipahami karena masih ada kekhawatiran penyebaran virus sehingga walau pekerja sudah mulai beraktivitas tetapi mungkin masih terbatas sehingga produksi belum optimal. Jadi tidak hanya dunia usaha, konsumsi rumah tangga juga akan bertahan rendah dalam beberapa waktu ke depan," papar Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis IHS Markit.
'Kekacauan' juga terjadi di sektor manufaktur Amerika Serikat (AS), di mana angka PMI pada April adalah 36,1. Ini menjadi pencapaian terendah dalam lebih dari 11 tahun terakhir.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, begitu banyak pabrik di Negeri Paman Sam yang ditutup atas nama social distancing. Produksi dan penciptaan lapangan kerja menurun tajam.
Namun dengan mulai dilonggarkannya social distancing di beberapa negara bagian, ada harapan aktivitas industri akan kembali pulih. April adalah titik nadir, dan setelah itu semoga mulai ada perbaikan.
"Akan tetapi, tetap ada kekhawatiran terjadi gelombang pandemi kedua (second outbreak) sehingga membuat pengambilan kebijakan menjadi sangat menatang. Ada trade off antara mencegah second outbreak dengan membangkitkan kembali perekonomian. Proses ini sepertinya akan dijalani dengan penuh kehati-hatian, sehingga waktu pemulihan akan lumayan lama," kata Williamson.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
"Sektor manufaktur Eropa terpukul ke posisi yang belum pernah kita lihat sepanjang hampir 23 tahun sejarah pencatatan PMI. Ini merupakan kombinasi dari penutupan pabrik yang terjadi di mana-mana, anjloknya permintaan, dan terbatasnya pasokan bahan baku. Seluruhnya akibat pandemi Covid-19.
"Namun perlu dicatat, PMI mengindikasikan kondisi industri dalam tempo satu kuartal. Jika terjadi koreksi sampai dua digit, maka sepertinya pemulihan akan berjalan lambat. Bisa dipahami karena masih ada kekhawatiran penyebaran virus sehingga walau pekerja sudah mulai beraktivitas tetapi mungkin masih terbatas sehingga produksi belum optimal. Jadi tidak hanya dunia usaha, konsumsi rumah tangga juga akan bertahan rendah dalam beberapa waktu ke depan," papar Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis IHS Markit.
'Kekacauan' juga terjadi di sektor manufaktur Amerika Serikat (AS), di mana angka PMI pada April adalah 36,1. Ini menjadi pencapaian terendah dalam lebih dari 11 tahun terakhir.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, begitu banyak pabrik di Negeri Paman Sam yang ditutup atas nama social distancing. Produksi dan penciptaan lapangan kerja menurun tajam.
Namun dengan mulai dilonggarkannya social distancing di beberapa negara bagian, ada harapan aktivitas industri akan kembali pulih. April adalah titik nadir, dan setelah itu semoga mulai ada perbaikan.
"Akan tetapi, tetap ada kekhawatiran terjadi gelombang pandemi kedua (second outbreak) sehingga membuat pengambilan kebijakan menjadi sangat menatang. Ada trade off antara mencegah second outbreak dengan membangkitkan kembali perekonomian. Proses ini sepertinya akan dijalani dengan penuh kehati-hatian, sehingga waktu pemulihan akan lumayan lama," kata Williamson.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular