Parah! Aktivitas Manufaktur RI Terendah Sepanjang Sejarah
04 May 2020 07:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia mencatatkan kinerja terlemah sepanjang sejarah. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat produksi dan permintaan sama-sama lesu.
Pada April 2020, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di Indonesia dalam rangka memerangi penyebaran virus corona membuat produksi manufaktur anjlok karena pabrik-pabrik tutup sementara. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlemah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
Tidak hanya produksi, permintaan juga lesu terutama untuk keperluan ekspor. Maklum, pembatasan sosial (social distancing) tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Kala masyarakat dunia #dirumahaja, maka permintaan sudah pasti turun drastis.
Produksi dan permintaan yang lemas membuat penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas. PMI mencatat sudah banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Pabrik juga lebih memilih untuk menjual stok yang sudah ada ketimbang membuat yang baru. Hasilnya, pembelian bahan baku (input) untuk proses produksi pun berkurang drastis.
"Perkiraan terbaru kami adalah ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh sekitar 3%. Penutupan pabrik dan pengetatan social distancing membuat pasokan dan permintaan kolaps. Banyak perusahaan yang melaporkan PHK karena peningkatan biaya yang tidak disertai dengan pendapatan. Data ini menggarisbawahi kerusakan ekonomi Indonesia akibat kebijakan untuk menangani penyebaran virus," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
(aji/aji)
Pada April 2020, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di Indonesia dalam rangka memerangi penyebaran virus corona membuat produksi manufaktur anjlok karena pabrik-pabrik tutup sementara. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlemah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
Tidak hanya produksi, permintaan juga lesu terutama untuk keperluan ekspor. Maklum, pembatasan sosial (social distancing) tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Kala masyarakat dunia #dirumahaja, maka permintaan sudah pasti turun drastis.
Produksi dan permintaan yang lemas membuat penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas. PMI mencatat sudah banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Pabrik juga lebih memilih untuk menjual stok yang sudah ada ketimbang membuat yang baru. Hasilnya, pembelian bahan baku (input) untuk proses produksi pun berkurang drastis.
"Perkiraan terbaru kami adalah ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh sekitar 3%. Penutupan pabrik dan pengetatan social distancing membuat pasokan dan permintaan kolaps. Banyak perusahaan yang melaporkan PHK karena peningkatan biaya yang tidak disertai dengan pendapatan. Data ini menggarisbawahi kerusakan ekonomi Indonesia akibat kebijakan untuk menangani penyebaran virus," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Artikel Selanjutnya
Kabar Gembira, Aktivitas Manufaktur RI Cetak Rekor Tertinggi!
(aji/aji)