
Update
Dihajar Corona, Kapan Ekonomi Bangkit? Kayaknya Agak Lama...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2020 06:03

- Terdapat koreksi di halaman 2 paragraf kelima dari JPMorgan menjadi Morgan Stanley.
Jakarta, CNBC Indonesia -Â Wabah virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) benar-benar memberikan dampak yang luar biasa bagi perekonomian dunia. Luka yang disebabkan oleh virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini begitu dalam sehingga butuh waktu yang tidak sebentar agar bisa sembuh.
Sejatinya pandemi virus corona adalah krisis kesehatan dan kemanusiaan. Tidak main-main, jumlah pasien dan korban jiwa akibat virus ini terus bertambah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 28 April 2020 adalah 2.954.222 orang. Dari jumlah tersebut, 202.997 orang tutup usia. Jumlah pasien terbanyak ada di Amerika Serikat (AS) yaitu 960.916 orang, di mana 49.170 orang di antaranya meninggal dunia.
Virus corona menjadi masalah ekonomi karena penyebarannya yang begitu cepat membuat pemerintah di berbagai negara menganjurkan bahkan ada yang melarang warga untuk keluar rumah. Dengan #dirumahaja diharapkan penyebaran virus bisa lebih terkendali.
Ini menyebabkan gangguan ekonomi di dua sisi, pasokan dan permintaan. Penutupan sementara pabrik dan kantor membuat rantai pasok terganggu, sementara pembatasan sosial (social distancing) menyebabkan permintaan masyarakat menurun karena aktivitasnya pun terbatas.
Aktivitas ekonomi yang lesu menciptakan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jutaan orang di seluruh dunia kini jadi penganggur, yang membuat permintaan semakin tertekan karena penurunan daya beli.
Hasilnya adalah perekonomian dunia akan sulit terhindar dari resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global terkontraksi atau tumbuh negatif -3% tahun ini.
Dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, sudah merasakannya. Pada kuartal I-2020, ekonomi China terkontraksi -6,8%. Ini adalah catatan terburuk sejak 1992.
AS baru saja merilis data ekonomi kuartal I-2020 yang hasilnya adalah kontraksi -4,8%. Ini menjadi pencapaian terendah sejak kuartal I-2009.
"Kalau ekonomi AS terpukul begitu keras pada kuartal I, di mana hanya kurang dari sebulan lockdown (karantina wilayah) diterapkan di berbagai negara bagian, maka jangan tanya bagaimana kontraksi pada kuartal II. Bakal jadi bencana," tegas Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Next Page
Butuh Waktu untuk Bangkit
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular