Dahsyatnya Corona, Ekonomi AS Minus 4,8% di Kuartal I-2020!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 April 2020 20:26
A protester stands out of the sunroof of a sports-utility vehicle to wave an American flag during a car protest against the stay-at-home order issued by Colorado Governor Jared Polis to stem the spread of the new coronavirus Sunday, April 19, 2020, in Denver. (AP Photo/David Zalubowski)
Foto: Amerika Serikat (AP/David Zalubowski)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) anjlok 4,8% pada kuartal pertama tahun ini, menjadi bukti bahwa wabah COVID-19 mampu melumpuhkan ekonomi negara Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia tersebut.

Ini menjadi PDB negatif yang kedua bagi AS setelah kuartal I-2014, yang saat itu minus 1,1%. Bahkan, capaian kuartal I-2020 ini menjadi yang terburuk sejak krisis finansial 2008, di mana PDB AS minus 8,4% pada kuartal IV-2008.

Ekonom dalam survei Dow Jones telah memperkirakan, PDB Negara Adidaya tersebut bakal terkontraksiĀ alias minus -3,5%. Kontraksi ekonomi menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah negara tidak bertambah dan bahkan menyusut.

Komponen yang menyeret jatuh ekonomi AS adalah belanja konsumen, investasi asing di pasar obligasi, ekspor dan inventori. Sebaliknya, investasi domestic di pasar surat utang dan belanja pemerintah AS membantu mengerem laju penurunan ekonomi.

Belanja masyarakat yang saat ini menyumbang 67% dari PDB AS terpelanting hingga 7,6% pada periode kuartal I-2020 menyusul penutupan toko dan restoran akibat karantina wilayah (lockdown) parsial.

Secara teoritis, saat ini AS belum terkategori masuk jurang resesi, karena biasanya predikat 'resesi' baru disematkan ketika ekonomi turun selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal IV-2019, ekonomi AS tercatat masih tumbuh 2,1%.

Namun, suara mengenai resesi kian menguat karena efek pandemi COVID-19 baru tercermin pada beberapa pekan terakhir saja sehingga kurang mencerminkan situasi. Apalagi, Biro Analisis Ekonomi AS mengakui bahwa pembacaan awal ini kemungkinan tidak akurat.

"(Lockdown) memicu perubahan cepat di sisi permintaan karena bisnis dan sekolah beralih ke kerja dari rumah atau membekukan operasi, dan konsumen menunda, membatasi, atau meninjau ulang belanja mereka. Efek penuh pandemi COVID-19 terhadap perekonomian tak bisa dikuantifikasi dari estimasi PDB kuartal pertama 2020," tulis lembaga pemerintah tersebut dalam pernyataan resminya.

Bank investasi Goldman Sachs menilai, kondisi di lapangan sulit diukur, karena kondisi lockdown menyulitkan mendapatkan data akurat pergerakan barang dan jasa. Biasanya revisi PDB dari pembacaan awal ke pembacaan final berujung pada rentang 3-4 poin persentase.

"Kami yakin realitas ekonomi selama kuartal ini bahkan lebih buruk," tutur ekonom Goldman Spencer Hill dalam laporan risetnya, yang dikutip CNBC International. "Revisi (PDB) yang lebih besar dari biasanya biasa terjadi di kala resesi dan di tengah volatilitas ekonomi yang tinggi."

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(ags/ags) Next Article WNI dari Luar Negeri Sumbang Setengah Kasus Harian Covid RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular