Riset

PSBB Baru Jalan di 23 Wilayah, Separuh PDB RI Terpukul

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 April 2020 08:08
Karyawan Matahari Bazar Beres-Beres Menutup Tokonya di Blok M Mall (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawan Matahari Bazar Beres-Beres Menutup Tokonya di Blok M Mall (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Mengutip laporan firma konsultasi Dcode EFC berjudul “Decoding the Economics of COVD-19”, lima sektor yang paling terinfeksi virus corona (strain baru) adalah sektor pariwisata-rekreasi, perjalanan, otomotif, konstruksi-properti, dan manufaktur. Lockdown mempersulit aktivitas perjalanan di tengah penutupan tempat wisata dan hiburan, seperti yang terjadi di Ibu Kota.

Sebaliknya, lima sektor yang mendapat berkah adalah pengobatan, ritel makanan, perawatan kesehatan, teknologi informasi, dan e-commerce. Artinya, makin besar usaha pengobatan di sebuah wilayah, makin besar juga loncatan aktivitas ekonominya di tengah pandemi ini. Pada gilirannya, ini bakal memicu kenaikan grafik pertumbuhan ekonomi di lapangan usaha tersebut.

PSBB Baru Jalan di 23 Wilayah, Separuh PDB RI Terpukul!Sumber: Dcode EFC

Jika kita bicara PDRB menurut lapangan usaha, pariwisata bukanlah penyumbang utama ekonomi di lima wilayah administratif terbesar yang menerapkan PSBB. Tingginya kontribusi sektor wisata dalam perekonomian terlihat dari besarnya komponen ‘akomodasi dan makanan-minuman’ dan ‘transportasi serta pergudangan’ dalam PDRB.

Sebagai contoh, Bali sebagai destinasi wisata utama RI mencatat kontribusi pos ‘akomodasi dan makanan-minuman’ hingga 23,3% dari PDRB, menurut data BPS per 2018. Sektor ‘transportasi dan pergudangan’ yang merekam jejak ekonomi dari aktivitas perjalanan menyumbang 9,5% PDRB Bali. Jika ditotal, porsi keduanya sudah lebih dari sepertiga dari ekonomi Pulau Dewata.

Di antara wilayah administratif yang menerapkan PSBB, mari kita ambil contoh DKI Jakarta sebagai daerah dengan PDRB terbesar. Di Ibu Kota, pariwisata bukanlah penyumbang utama perekonomian. Perdagangan grosir dan ritel menjadi penyumbang utama, disusul sektor konstruksi, manufaktur, dan jasa keuangan.

Namun, konstruksi dan manufaktur—yang menurut Dcode EFC masuk di lima besar sektor yang paling terpukul—menjadi kontributor terbesar di DKI Jakarta. Aktivitas perdagangan juga terhenti, terutama untuk yang skala besar seperti pusat perbelanjaan. Inilah yang menjadi biang penurunan PDRB DKI Jakarta, sebagai provinsi penyumbang utama PDB nasional.

Dari sisi pengeluaran, PSBB memicu perlambatan konsumsi masyarakat, karena pekerja di sektor formal yang masih berdaya beli tak bisa berbelanja secara leluasa, sementara pekerja di sektor informal kehilangan daya belinya karena tak bisa bekerja.

Sebagaimana kita ketahui, pengeluaran rumah tangga alias belanja masyarakat menyumbang 54% dari PDB nasional. Lagi-lagi, jika kita bicara efek PSBB di 23 wilayah administratif tersebut maka efek penularannya tetap ada hingga ke wilayah sekitar. Ketika bisnis dan konsumsi masyarakat di wilayah satelit sepi, maka wilayah penyangga pun juga terdampak.

Dus, wilayah penyumbang dua-pertiga PDB nasional mengalami perlambatan ekonomi. Sebesar apa laju perlambatan itu? Sejauh ini pemerintah memperkirakan efeknya bakal memangkas pertumbuhan PDB nasional hingga separuh lebih, dari 5,3% menjadi 2,3%. Sangat masuk akal.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/ags)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular