Riset

PSBB Baru Jalan di 23 Wilayah, Separuh PDB RI Terpukul

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
29 April 2020 08:08
Pemberlakuan PSBB di Depok (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pemberlakuan PSBB di Depok (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan telah mengabulkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagi 23 wilayah administratif, yang berujung pada tersendatnya aktivitas ekonomi dan bisnis. Meski jumlah itu hanya setara 4% dari total kabupaten/kota di Indonesia, dampaknya bakal besar bagi perekonomian nasional.

Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya 2,3% akibat krisis corona, drop dari target semula sebesar 5,3%. Sejauh mana PSBB di berbagai daerah tersebut menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga berujung pada revisi tersebut? Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.


Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah menerbitkan izin PSBB terhadap 23 wilayah administratif yang terdiri dari dua provinsi dan 21 kabupaten/kotamadya. Ini setara dengan 4% wilayah administratif Indonesia yang mencapai 508 kabupaten/kota. Terakhir, izin PSBB diberikan pada Kabupaten Gresik dan Sidoarjo yang berlaku Selasa (28/4/2020).

Dari sisi kesehatan, karantina kesehatan (lockdown) ini merupakan jawaban untuk mencegah penyebaran penyakit menular.  Namun dampak negatifnya juga memukul perekonomian, sehingga akhir-akhir ini bursa global bergerak mengikuti sentimen terkait kabar pelonggaran lockdown di beberapa negara maju.

Dalam laporan berjudul "Government of Indonesia: Currency depreciation, Spike in Yields Will Exacerbate Shocks to The Real Economy, Fiscal Profile", Moody's Investor Service mengakui lockdown menjadi salah satu faktor penekan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.

Menurut lembaga tersebut, pertumbuhan kuartal I-2020 masih akan melemah secara tipis-tipis saja, tetapi jurangnya bakal terjadi pada kuartal kedua menyusul PSBB yang banyak diberlakukan.

 

"Shutdown di Jakarta dan daerah lain di Jawa-yang menjadi pusat aktivitas ekonomi Indonesia-mengindikasikan bahwa deselerasi akan relatif cepat dan kami memperkirakan ada kontraksi di kuartal kedua secara triwulanan," tutur Anushka Shah, analis senior Moody's dalam laporan yang dirilis pada 2 April 2020 tersebut.

Lembaga internasional pemeringkat utang tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berada di level 3% pada akhir tahun ini, menjadi pertumbuhan terburuk sejak tahun 1999. Angka ini masih lebih mendingan ketimbang hasil revisi pemerintah di 2,3%.

[Gambas:Video CNBC]



Jika diperhatikan, kebijakan PSBB yang berlaku meliputi seluruh provinsi (sehingga membatasi kegiatan bisnis di dalam provinsi tersebut) hanya ada di dua provinsi, yakni Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan Sumatera Barat (Sumbar). Sisanya adalah kabupaten dan kotamadya.

Untuk mengetahui seberapa besar PSBB di 23 wilayah administratif tersebut mempengaruhi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, kita perlu melihat terlebih dahulu kontribusi mereka dalam pembentukan PDB nasional.

Mengacu pada data CEIC, terlihat bahwa ke-23 wilayah yang memberlakukan PSBB tersebut menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) senilai total Rp 5.574,26 triliun pada 2018, atau setara dengan 37,2% dari PDB Indonesia yang nilainya sebesar Rp 14.985,96 triliun.

psbbSumber: Tim Riset CNBC Indonesia

Provinsi DKI Jakarta memiliki kontribusi PDRB terbesar di antara wilayah yang memberlakukan PSBB, diikuti Kota Surabaya, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bandung. Meski berstatus provinsi, Sumbar berada di posisi kelima dengan nilai PDRB yang lebih kecil dari kota dan kabupaten itu.

Ketika PSBB berlaku, aktivitas bisnis baik pabrik maupun perkantoran di daerah tersebut pun tersendat. Namun, harap diperhatikan, efeknya tidak terisolir di wilayah itu saja melainkan menulari perekonomian di kawasan penyangga.

Artinya, ketika aktivitas bisnis DKI Jakarta terhenti, proses entitas usaha di berbagai daerah yang terlibat dalam rantai pasokan (supply chain) untuk bisnis di Jakarta pun setop. Demikian halnya dengan di Bandung, Gresik, Tarakan, Banjarmasin, dan seterusnya.

Oleh karena itu, tak bisa disimpulkan bahwa hanya 37,2% perekonomian nasional yang terdampak oleh PSBB. Efeknya lebih luas dari itu, karena mayoritas wilayah administratif yang memberlakukan PSBB merupakan wilayah satelit seperti DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Tangerang, Makassar.

Sejauh ini belum ada alat ukur untuk menghitung besaran efek PSBB terhadap PDB nasional, karena harus melihat durasi PSBB dan sektor apa saja di 23 daerah tersebut yang loyo. Namun secara kasar, efek itu bisa diraba dengan menggabungkan ke-23 wilayah itu bersama tetangganya, secara “collective collegial”, dalam pembentukan PDB nasional.

Sebagaimana disebutkan di atas, di antara 23 wilayah administratif yang memberlakukan PSBB, ada dua provinsi yakni DKI Jakarta dan Sumbar. Sementara itu, 21 wilayah sisanya beroperasi di bawah delapan provinsi, yakni Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Nah, secara akumulasi nilai PDB kedelapan provinsi tersebut (termasuk DKI dan Sumatera Barat) menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru (per 2018) adalah Rp 10.340,93 triliun, atau 69% dari PDB nasional.

Sebesar itulah kira-kira PDB nasional bakal terganggu, jika skenario terburuk benar-benar terjadi. Sebaliknya, jika skenario terbaik terjadi yakni efek PSBB hanya memukul 23 wilayah administratif yang memberlakukannya saja, maka efeknya hanya 37,2% terhadap PDB nasional.

Dengan skenario moderat, maka rerata keduanya adalah 53,1%. Kira-kira sebesar itulah dampak PSBB di 23 wilayah administratif tersebut terhadap perekonomian nasional, yakni separuh PDB nasional.

Mengutip laporan firma konsultasi Dcode EFC berjudul “Decoding the Economics of COVD-19”, lima sektor yang paling terinfeksi virus corona (strain baru) adalah sektor pariwisata-rekreasi, perjalanan, otomotif, konstruksi-properti, dan manufaktur. Lockdown mempersulit aktivitas perjalanan di tengah penutupan tempat wisata dan hiburan, seperti yang terjadi di Ibu Kota.

Sebaliknya, lima sektor yang mendapat berkah adalah pengobatan, ritel makanan, perawatan kesehatan, teknologi informasi, dan e-commerce. Artinya, makin besar usaha pengobatan di sebuah wilayah, makin besar juga loncatan aktivitas ekonominya di tengah pandemi ini. Pada gilirannya, ini bakal memicu kenaikan grafik pertumbuhan ekonomi di lapangan usaha tersebut.

PSBB Baru Jalan di 23 Wilayah, Separuh PDB RI Terpukul!Sumber: Dcode EFC

Jika kita bicara PDRB menurut lapangan usaha, pariwisata bukanlah penyumbang utama ekonomi di lima wilayah administratif terbesar yang menerapkan PSBB. Tingginya kontribusi sektor wisata dalam perekonomian terlihat dari besarnya komponen ‘akomodasi dan makanan-minuman’ dan ‘transportasi serta pergudangan’ dalam PDRB.

Sebagai contoh, Bali sebagai destinasi wisata utama RI mencatat kontribusi pos ‘akomodasi dan makanan-minuman’ hingga 23,3% dari PDRB, menurut data BPS per 2018. Sektor ‘transportasi dan pergudangan’ yang merekam jejak ekonomi dari aktivitas perjalanan menyumbang 9,5% PDRB Bali. Jika ditotal, porsi keduanya sudah lebih dari sepertiga dari ekonomi Pulau Dewata.

Di antara wilayah administratif yang menerapkan PSBB, mari kita ambil contoh DKI Jakarta sebagai daerah dengan PDRB terbesar. Di Ibu Kota, pariwisata bukanlah penyumbang utama perekonomian. Perdagangan grosir dan ritel menjadi penyumbang utama, disusul sektor konstruksi, manufaktur, dan jasa keuangan.

Namun, konstruksi dan manufaktur—yang menurut Dcode EFC masuk di lima besar sektor yang paling terpukul—menjadi kontributor terbesar di DKI Jakarta. Aktivitas perdagangan juga terhenti, terutama untuk yang skala besar seperti pusat perbelanjaan. Inilah yang menjadi biang penurunan PDRB DKI Jakarta, sebagai provinsi penyumbang utama PDB nasional.

Dari sisi pengeluaran, PSBB memicu perlambatan konsumsi masyarakat, karena pekerja di sektor formal yang masih berdaya beli tak bisa berbelanja secara leluasa, sementara pekerja di sektor informal kehilangan daya belinya karena tak bisa bekerja.

Sebagaimana kita ketahui, pengeluaran rumah tangga alias belanja masyarakat menyumbang 54% dari PDB nasional. Lagi-lagi, jika kita bicara efek PSBB di 23 wilayah administratif tersebut maka efek penularannya tetap ada hingga ke wilayah sekitar. Ketika bisnis dan konsumsi masyarakat di wilayah satelit sepi, maka wilayah penyangga pun juga terdampak.

Dus, wilayah penyumbang dua-pertiga PDB nasional mengalami perlambatan ekonomi. Sebesar apa laju perlambatan itu? Sejauh ini pemerintah memperkirakan efeknya bakal memangkas pertumbuhan PDB nasional hingga separuh lebih, dari 5,3% menjadi 2,3%. Sangat masuk akal.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular