
Bank Dunia: Orang Miskin Nambah 49 Juta, Perlu BLT US$ 1/hari
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 13:13

Bank Dunia melakukan survei di beberapa negara untuk mengetahui dampak penurunan pendapatan rumah tangga akibat pandemi virus corona. Di China, hasilnya adalah sekitar 50% penduduk perdesaan kehilangan pendapatan CNY 2.000-5.000 (Rp 4,35-10,97 juta). Akibatnya, rumah tangga terpaksa mengurangi konsumsi nutrisi.
Di Bangladesh, 93% responden mengaku kehilangan pendapatan sampai 75%. Data ini menunjukkan bahwa penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Bangladesh mencapai 89%.
Bank Dunia mengemukakan tiga solusi untuk mengatasi masalah risiko peningkatan kemiskinan ekstrem. Pertama adalah meningkatkan dukungan fiskal kepada rumah tangga yang rentan.
"Misalnya dengan menyediakan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin sebesar US$ 1/hari. Rumah tangga non-miskin juga perlu diberikan dukungan, karena dampak pandemi virus corona juga dirasakan oleh mereka," tulis Sanchez-Paramo.
Kedua adalah dengan mempercepat penyaluran bantuan, terutama bagi mereka yang baru saja menyandang status sebagai orang miskin. Data yang sudah ada akan memudahkan pemberian bantuan kepada yang selama ini sudah menerima, tetapi akan ada masalah untuk mereka yang baru layak menjadi penerima.
Ketiga adalah para pengambil kebijakan harus transparan dalam hal dampak dan efektivitas dari kebijakan yang diambil. "Ini bisa dilakukan dengan membuka data kepada publik baik dalam hal jumlah anggaran, penyaluran, dan dampaknya kepada masyarakat," sebut Sanchez-Paramo.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Di Bangladesh, 93% responden mengaku kehilangan pendapatan sampai 75%. Data ini menunjukkan bahwa penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Bangladesh mencapai 89%.
Bank Dunia mengemukakan tiga solusi untuk mengatasi masalah risiko peningkatan kemiskinan ekstrem. Pertama adalah meningkatkan dukungan fiskal kepada rumah tangga yang rentan.
Kedua adalah dengan mempercepat penyaluran bantuan, terutama bagi mereka yang baru saja menyandang status sebagai orang miskin. Data yang sudah ada akan memudahkan pemberian bantuan kepada yang selama ini sudah menerima, tetapi akan ada masalah untuk mereka yang baru layak menjadi penerima.
Ketiga adalah para pengambil kebijakan harus transparan dalam hal dampak dan efektivitas dari kebijakan yang diambil. "Ini bisa dilakukan dengan membuka data kepada publik baik dalam hal jumlah anggaran, penyaluran, dan dampaknya kepada masyarakat," sebut Sanchez-Paramo.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular