
Corona Semakin Jinak, Kapan Ekonomi Normal Lagi?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 April 2020 11:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) memang mengerikan. Namun bukan berarti dia tidak terkalahkan.
Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Sehebat-hebatnya Liverpool, akhirnya kalah juga di tangan Watford.
Itu juga berlaku buat virus corona. Perlahan tetapi pasti, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin bisa dijinakkan.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, per 20 April ada 2.314.621 pasien positif corona di seluruh dunia. Bertambah 72.846 orang dari hari sebelumnya.
Dilihat secara nominal, angkanya memang masih fenomenal. Namun secara persentase, laju pertumbuhannya semakin melambat.
Pada 20 April, penambahan kasus corona adalah 3,25% dibandingkan hari sebelumnya. Ini adalah yang terendah sejak 6 Maret.
Sejak 30 Maret-20 April, laju pertumbuhan kasus baru sudah stabil di kisaran satu digit. The curve is flatten.
Di sejumlah negara berstatus hot spot, penambahan kasus juga semakin melambat. Di Amerika Serikat (AS), US Centers for Desease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona per 20 April adalah 746.625 orang. Naik 3,61% dibandingkan sehari sebelumnya.
Kenaikan 3,61% adalah yang terendah sejak 29 Februari. Dalam 13 hari terakhir, laju pertumbuhan pasien baru juga sudah terjaga di satu digit dengan kecenderungan menurun. Puncak sudah semakin dekat.
Dengan kasus yang semakin melambat, AS mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown). Presiden Donald Trump terus berkoordinasi dengan pemerintah negara bagian untuk mulai menggulirkan kembali aktivitas masyarakat.
"Namun untuk saat ini, rakyat AS masih harus mematuhi aturan dan menjaga kebersihan. Juga terus menerapkan social distancing dan berbagai langkah pencegahan lain yang sudah diberlakukan pemerintah," kata Trump, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagian rakyat AS memang sudah gerah dengan social distancing dan lockdown yang membuat penghasilan mereka turun, bahkan jadi tidak ada sama sekali. Maklum, roda ekonomi yang seakan berhenti berputar membuat dunia usaha harus mengambil keputusan berat, memberikan vonis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dalam sebulan terakhir, lebih dari 22 juta rakyat AS mengambil tunjangan pengangguran yang disediakan pemerintah. Hidup mereka kini tergantung dari uluran tangan negara, tidak bisa lagi mencari nafkah sendiri karena menjadi korban PHK.
"Kami terus saja diberi tahu untuk tinggal di rumah, bisnis masih tidak beroperasi. Ini bukan karantina, ini tirani," tegas Mark Cooper, seorang pengemudi truk yang kehilangan pekerjaan, seperti dikutip dari Reuters.
Jika kasus corona terus melambat, maka orang-orang seperti Cooper akan kembali punya harapan. Kala aktivitas publik mulai kembali bergulir, maka roda ekonomi bakal mengikuti dan lapangan kerja terbuka lagi.
Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Sehebat-hebatnya Liverpool, akhirnya kalah juga di tangan Watford.
Itu juga berlaku buat virus corona. Perlahan tetapi pasti, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin bisa dijinakkan.
Dilihat secara nominal, angkanya memang masih fenomenal. Namun secara persentase, laju pertumbuhannya semakin melambat.
Pada 20 April, penambahan kasus corona adalah 3,25% dibandingkan hari sebelumnya. Ini adalah yang terendah sejak 6 Maret.
Sejak 30 Maret-20 April, laju pertumbuhan kasus baru sudah stabil di kisaran satu digit. The curve is flatten.
Di sejumlah negara berstatus hot spot, penambahan kasus juga semakin melambat. Di Amerika Serikat (AS), US Centers for Desease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona per 20 April adalah 746.625 orang. Naik 3,61% dibandingkan sehari sebelumnya.
Kenaikan 3,61% adalah yang terendah sejak 29 Februari. Dalam 13 hari terakhir, laju pertumbuhan pasien baru juga sudah terjaga di satu digit dengan kecenderungan menurun. Puncak sudah semakin dekat.
Dengan kasus yang semakin melambat, AS mulai berpikir untuk melonggarkan aturan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown). Presiden Donald Trump terus berkoordinasi dengan pemerintah negara bagian untuk mulai menggulirkan kembali aktivitas masyarakat.
"Namun untuk saat ini, rakyat AS masih harus mematuhi aturan dan menjaga kebersihan. Juga terus menerapkan social distancing dan berbagai langkah pencegahan lain yang sudah diberlakukan pemerintah," kata Trump, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagian rakyat AS memang sudah gerah dengan social distancing dan lockdown yang membuat penghasilan mereka turun, bahkan jadi tidak ada sama sekali. Maklum, roda ekonomi yang seakan berhenti berputar membuat dunia usaha harus mengambil keputusan berat, memberikan vonis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Dalam sebulan terakhir, lebih dari 22 juta rakyat AS mengambil tunjangan pengangguran yang disediakan pemerintah. Hidup mereka kini tergantung dari uluran tangan negara, tidak bisa lagi mencari nafkah sendiri karena menjadi korban PHK.
"Kami terus saja diberi tahu untuk tinggal di rumah, bisnis masih tidak beroperasi. Ini bukan karantina, ini tirani," tegas Mark Cooper, seorang pengemudi truk yang kehilangan pekerjaan, seperti dikutip dari Reuters.
Jika kasus corona terus melambat, maka orang-orang seperti Cooper akan kembali punya harapan. Kala aktivitas publik mulai kembali bergulir, maka roda ekonomi bakal mengikuti dan lapangan kerja terbuka lagi.
Next Page
Kasus Corona di Spanyol Melambat
Pages
Most Popular