Gara-gara Corona, Pengangguran Bertambah di Australia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 April 2020 11:16
Dollar Australia.
Ilustrasi Dolar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona atau Coronavirus Desease-2019/Covid-19 terus memakan korban. Selain korban nyawa, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini juga membuat lapangan kerja semakin berkurang.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Kamis (16/4/2020) pukul 09:43 WIB, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia sudah di atas 2 juta orang, tepatnya 2.063.161. Korban jiwa terus bertambah menjadi 136.938 orang (tingkat kematian/mortality rate 6,64%).

Virus corona mulai menyebar pada pekan ketiga Januari, seiring liburan Tahun Baru Imlek di China yang merupakan puncak mobilitas warga Negeri Panda. Alhasil, virus menyebar ke penjuru China dan bahkan sampai luar negeri. Kini, sudah lebih dari 200 negara/teritori yang terjangkit virus corona.




Penyebaran virus yang sangat cepat dan masif membuat berbagai negara melakukan langkah pencegahan yang boleh dikatakan ekstrem. Pintu masuk dari darat, laut, dan udara tertutup untuk warga asing. Aktivitas masyarakat dibatasi, tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak.

Salah satu negara yang menerapkan kebijakan ini adalah Australia. Mulai 23 Maret, Negeri Down Under menerapkan karantina wilayah alias lockdown. Tidak ada aktivitas usaha yang boleh buka, kecuali pelayanan vital, dan masyarakat harus tetap di rumah. Perbatasan pun tertutup bagi warga negara asing.

Langkah ini dilakukan untuk menekan angka kasus corona. Data satelit pemetaan ArcGis menyebutkan kasus corona di Australia saat ini adalah 6.440, dari jumlah tersebut 63 orang tutup usia (tingkat kematian 0,98%).


"Tidak ada lagi nongkrong di pub setelah pulang kerja, tidak ada lagi pergi ke gym pada pagi hari, dan tidak ada lagi duduk-duduk di kafe. Tantangan di bidang kesehatan dan ekonomi yang kita hadapi saat ini mungkin adalah yang terberat seumur hidup.

"Selama setidaknya enam bulan ke depan, kita harus terus bekerja sama. Kita harus mengubah kebiasaan hidup dan mengerti bahwa ada yang harus berubah," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison, seperti dikutip dari Reuters.

Penghentian aktivitas masyarakat, kecuali sektor vital, tentu berdampak terhadap perekonomian Negeri Kanguru. Dunia usaha akan mengalami penurunan pendapatan sementara beban terus berjalan. Harus ada efisiensi, dan opsi yang ditempuh adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).


Biro Statistik Australia (ABS) mengumumkan, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 5,2%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,1%.




"Kami terus memonitor dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja. Data Maret hanya menunjukkan bukti kecil, karena survei dilakukan sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi global," sebut pernyataan tertulis ABS.

Pelaku pasar pun sepakat. Kaixin Owyong, Ekonom National Australia Bank, memperkirakan tingkat pengangguran di Negeri Kanguru bisa menyentuh 11,75% pada tengah tahun ini.

"Sudah banyak laporan bahwa pekerja dirumahkan atau jam kerjanya dikurangi karena dunia usaha semakin sulit bertahan di tengah penurunan permintaan. Ini akan membuat angka pengangguran naik tajam," kata Owyong, seperti dikutip dari Reuters.

Sepertinya 2020 akan berat bagi Australia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Australia tahun ini terkontraksi alias tumbuh negatif -6,7%.




IMF memperkirakan perekonomian Australia bisa bangkit selepas pandemi virus corona reda. Dengan asumsi pandemi selesai pada semester II-2020, maka pertumbuhan ekonomi Australia pada 2021 diperkirakan melesat 6,1%.

"Namun untuk saat ini, ketidakpastian memang masih sangat tinggi. Mempertimbangkan skala dan kecepatan krisis ini, respons kebijakan harus besar, cepat, dan mampu beradaptasi. Keberanian para dokter dan perawat harus diimbangi oleh para pengambil kebijakan agar kira bisa melalui krisis ini bersama-sama," papar Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular