Gara-gara Corona, Pengangguran Bertambah di Australia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 April 2020 11:16
Dollar Australia.
Ilustrasi Dolar Australia (Reuters/David Gray)
"Tidak ada lagi nongkrong di pub setelah pulang kerja, tidak ada lagi pergi ke gym pada pagi hari, dan tidak ada lagi duduk-duduk di kafe. Tantangan di bidang kesehatan dan ekonomi yang kita hadapi saat ini mungkin adalah yang terberat seumur hidup.

"Selama setidaknya enam bulan ke depan, kita harus terus bekerja sama. Kita harus mengubah kebiasaan hidup dan mengerti bahwa ada yang harus berubah," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison, seperti dikutip dari Reuters.

Penghentian aktivitas masyarakat, kecuali sektor vital, tentu berdampak terhadap perekonomian Negeri Kanguru. Dunia usaha akan mengalami penurunan pendapatan sementara beban terus berjalan. Harus ada efisiensi, dan opsi yang ditempuh adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).


Biro Statistik Australia (ABS) mengumumkan, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 5,2%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,1%.




"Kami terus memonitor dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja. Data Maret hanya menunjukkan bukti kecil, karena survei dilakukan sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi global," sebut pernyataan tertulis ABS.

Pelaku pasar pun sepakat. Kaixin Owyong, Ekonom National Australia Bank, memperkirakan tingkat pengangguran di Negeri Kanguru bisa menyentuh 11,75% pada tengah tahun ini.

"Sudah banyak laporan bahwa pekerja dirumahkan atau jam kerjanya dikurangi karena dunia usaha semakin sulit bertahan di tengah penurunan permintaan. Ini akan membuat angka pengangguran naik tajam," kata Owyong, seperti dikutip dari Reuters.

Sepertinya 2020 akan berat bagi Australia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Australia tahun ini terkontraksi alias tumbuh negatif -6,7%.




IMF memperkirakan perekonomian Australia bisa bangkit selepas pandemi virus corona reda. Dengan asumsi pandemi selesai pada semester II-2020, maka pertumbuhan ekonomi Australia pada 2021 diperkirakan melesat 6,1%.

"Namun untuk saat ini, ketidakpastian memang masih sangat tinggi. Mempertimbangkan skala dan kecepatan krisis ini, respons kebijakan harus besar, cepat, dan mampu beradaptasi. Keberanian para dokter dan perawat harus diimbangi oleh para pengambil kebijakan agar kira bisa melalui krisis ini bersama-sama," papar Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular