Pengembang Pusing Dihantam Corona, Kredit Macet di Depan Mata

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
15 April 2020 20:39
Ilustrasi Gedung
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengembang properti khususnya di Jakarta sedang pusing tujuh keliling. Pandemi corona telah memporakporandakan bisnis mereka, sampai risiko paling buruk adalah kredit macet pengembang ke perbankan hingga pengembang kolaps.

Hal ini terjadi karena penjualan yang anjlok sampai 80%. Sementara itu, penjualan yang sudah terjadi juga mengalami kemandekan. Skema cash bertahap atau installment oleh konsumen jadi bumerang di tengah kondisi pandemi covid-19. Banyak pembeli apartemen maupun rumah yang mandek membayar skema cicilan kredit cash bertahap, sedangkan pengembang berutang kepada bank.

"Kebiasaannya itu, pembelian apartemen 70% cicilan installment dari developer bukan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). KPA cuma 30% dari penjualan. Cicilan konsumen ini tendensi stop pembayaran ke developer. Gawat juga," kata Ketua Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta, Arvin F Iskandar kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/4).

Kondisi itu terjadi karena sejumlah debitur juga mengalami kesulitan keuangan. Bisa jadi, mereka menjadi bagian yang terkena dampak cuti tidak dibayar, pemotongan gaji atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Apalagi, berdasar data Kemenaker dan BP Jamsostek, jumlah yang di-PHK dan dirumahkan sudah mencapai 2,8 juta orang. 

"Karena yang mengambil unit banyak dari mereka kan pegawai, yang dipotong gajinya. Itu yang dikhawatirkan kalo terlalu lama. Belum lagi PHK di pihak mereka. Jadi yang beli banyak pegawai," jelas Arvin.

Belum lagi pelaku dunia usaha yang kondisinya megap-megap, saat mereka melakukan pembelian properti.



Selain itu, Kondisi makin diperparah dengan pengetatan sejumlah bank dalam memberi pengesahan kredit. Banyak masyarakat yang akhirnya status digantung kepemilikan rumahnya karena bank mulai takut memberi persetujuan karena dikhawatirkan pembayaran yang tersendat.

"Agak berat untuk approve, ada banyak KPR/KPA yang udah approve pun sampai sekarang akad belum terealisasi. Itu dari KPR (Kredit Pemilikan Rumah)," sebut Arvin.

Dengan kondisi seperti itu, Arvin mengaku mulai realistis dalam menatap target properti yang sudah disusun sejak awal tahun. Mulanya, sektor properti diperkirakan bakal tumbuh di angka 5%. Namun, ketika wabah virus corona yang kini sudah menjadi bencana nasional itu datang, maka pengembang mulai kelabakan.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Curhat Pengembang: Diminta Tak PHK, Tapi Dikejar-Kejar Bank!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular