Bukan Kenaikan Suku Bunga, Ini Paling Ditakuti Pengembang

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
25 August 2022 21:56
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 poin dari 3,5% menjadi 3,75%. Ternyata kebijakan ini tidak lebih menakutkan dibanding rencana pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga soal perizinan bagi pengembang.

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Tutuk Lusida mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga itu justru tidak begitu berdampak.

"Kalau kenaikan 0,25 atau sampai akhir tahun rencana naik lagi 0,25 poin masih rasional jika dibanding dengan kondisi negara lain," katanya dalam program Property Point,Rabu (25/08/2022).

Apalagi bagi kalangan menengah ke atas, kebijakan ini tidak begitu berpengaruh. Sebaliknya bagi kalangan menengah atau rumah di bawah Rp 1 miliar ke bawah bisa lebih berdampak. Sementara bagi masyarakat penerima rumah subsidi juga mendapat subsidi bunga.

"Jadi apa yang dilakukan pemerintah dan BI justru menjadi pemicu kita untuk memperbaiki diri di perizinan. Kenaikan suku bunga bisa diimbangi kemudahan-kemudahan perizinan yang memang ditujukan presiden melalui UU ciptaker tapi kenyataannya hari ini perizinan complicated," ujar Totok.

"Dalam sebulan terakhir sebetulnya KPR turun 7% dari indeks BI, kenapa? Itu juga bukan karena kenaikan BI rate kemarin tapi kondisi complicated yang berhubungan birokrasi," lanjutnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rumah Bisa Makin Mahal Bulan Depan, Pengembang Teriak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular