
Tutup 1.600 Hotel, Ini Sindiran Pengusaha Pariwisata
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
15 April 2020 16:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha di sektor pariwisata menilai Pemerintah hingga kini belum juga memberikan bantuan konkret. Padahal, sektor ini menjadi salah satu unggulan utama yang memberikan devisa kepada negara. Sektor hotel sudah terdampak parah, sedikitnya 1.600 hotel tutup karena pandemi corona.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nunung Rusmiati mengkritik langkah lamban pemerintah tersebut. Di satu sisi, ia tetap mengapresiasi, namun seharusnya perlu ada langkah cepat agar pelaku usaha yang saat ini masih bertahan, untuk tetap bisa hidup, atau terhindar dari kolaps.
Nunung juga membandingkan kala sektor pariwisata memberikan sumbangsih besar sebelum wabah virus corona melanda. Dari data Kemenparekraf, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 % atau sebesar Rp 946,09 triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta orang.
Sebaliknya, kala sektor ini kesulitan, pemerintah utamanya Menteri Pariwisata dinilai belum juga bergerak nyata.
"Jangan waktu untungnya aja dong, sekarang waktu ini dong (bantuannya). Saya ingin nyatakan, waktu lagi enaknya uang itu dari mana didapatkan, uang itu didapat dari anggota ASITA dan PHRI (Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia), dari inbound, outbound, umrah untuk pajak, pendapatan," kata Nunung dalam rapat dengar pendapat pelaku usaha sektor pariwisata dengan Komisi X DPR RI, Rabu (15/4)
Ia kemudian membandingkannya dengan negara tetangga, yakni Malaysia yang sudah bergerak sejak satu bulan lalu. Bukan hanya memberi pembebasan listrik, namun juga memberikan pinjaman lunak kepada pelaku usaha. Nunung mengaku pinjaman bisa memberikan angin segar bagi pelaku wisata untuk tetap bertahan.
"Mudah-mudahan anggota ASITA bisa terealisasi paling tidak pinjaman lunak sekitar Rp 200-300 juta, kita udah sampaikan ke Pak Menteri, walau memang sulit," sebutnya.
(hoi/hoi) Next Article Setahun Corona, Sewa Kamar Hotel Makin Hancur-Hancuran!
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nunung Rusmiati mengkritik langkah lamban pemerintah tersebut. Di satu sisi, ia tetap mengapresiasi, namun seharusnya perlu ada langkah cepat agar pelaku usaha yang saat ini masih bertahan, untuk tetap bisa hidup, atau terhindar dari kolaps.
Nunung juga membandingkan kala sektor pariwisata memberikan sumbangsih besar sebelum wabah virus corona melanda. Dari data Kemenparekraf, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 % atau sebesar Rp 946,09 triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta orang.
Sebaliknya, kala sektor ini kesulitan, pemerintah utamanya Menteri Pariwisata dinilai belum juga bergerak nyata.
"Jangan waktu untungnya aja dong, sekarang waktu ini dong (bantuannya). Saya ingin nyatakan, waktu lagi enaknya uang itu dari mana didapatkan, uang itu didapat dari anggota ASITA dan PHRI (Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia), dari inbound, outbound, umrah untuk pajak, pendapatan," kata Nunung dalam rapat dengar pendapat pelaku usaha sektor pariwisata dengan Komisi X DPR RI, Rabu (15/4)
Ia kemudian membandingkannya dengan negara tetangga, yakni Malaysia yang sudah bergerak sejak satu bulan lalu. Bukan hanya memberi pembebasan listrik, namun juga memberikan pinjaman lunak kepada pelaku usaha. Nunung mengaku pinjaman bisa memberikan angin segar bagi pelaku wisata untuk tetap bertahan.
"Mudah-mudahan anggota ASITA bisa terealisasi paling tidak pinjaman lunak sekitar Rp 200-300 juta, kita udah sampaikan ke Pak Menteri, walau memang sulit," sebutnya.
(hoi/hoi) Next Article Setahun Corona, Sewa Kamar Hotel Makin Hancur-Hancuran!
Most Popular