Direnggut Corona, Optimisme Konsumen RI Terendah Sejak 2016

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2020 11:24
Direnggut Corona, Optimisme Konsumen RI Terendah Sejak 2016
Foto: Pengunjung melintas di Blok M Mall, Jakarta, Kamis (7/2/2019). Blok M pernah jadi primadona pusat perbelanjaan Jakarta pada periode 1990 hingga awal 2000-an, namun saat ini sepi. (CNBC Indonesia / Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumen Indonesia tetap optimistis mengarungi bahtera ekonomi baik saat ini maupun pada masa mendatang. Namun optimisme itu tergerus hingga ke titik terendah sejak 2016.

Pada Senin (6/4/2020), Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret 2020 sebesar 113,8. Konsumen masih pede, karena nilai indeks di atas 100.

Namun optimisme konsumen terus dalam tren penurunan. Bahkan pencapaian Maret 2020 adalah yang terendah sejak September 2016.




IKK adalah salah satu indikator permulaan (leading indicator) untuk meneropong arah perekonomian ke depan. Ketika konsumen masih yakin dan berniat untuk meningkatkan konsumsi, maka prospek ekonomi akan cerah. Sebaliknya jika konsumen pesimistis maka prospek pertumbuhan ekonomi juga mendung, karena konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

"Optimisme konsumen yang tertahan disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi ke depan. Menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terutama dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan kerja yang lebih terbatas. Sedangkan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan tertahan akibat persepsi konsumen terhadap kondisi kegiatan usaha enam bulan mendatang yang tidak sekuat persepsi konsumen pada bulan sebelumnya," jelas keterangan tertulis BI.

IKK dibagi lagi menjadi dua sub-indeks besar yaitu Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK). Dua-duanya terkoreksi.

Pada Maret, IKE tercatat 103,3 sementara bulan sebelumnya adalah 105,4. Sedangkan IEK pada Maret berada di 124,3, turun 5,5 poin dibandingkan Februari.

IKE dibagi lagi menjadi tiga yaitu indeks penghasilan saat ini, indeks ketersediaan lapangan kerja, dan indeks pembelian barang tahan lama (durable goods). Dua di antaranya turun, hanya satu yang tetap.

Bank Indonesia

Penurunan paling dalam terjadi di indeks ketersediaan lapangan kerja, dari 90,1 pada Februari menjadi 86 pada Maret. Sepertinya konsumen mulai cemas penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas akibat pandemi virus corona atau Coronavirus Desease-2019 (Covid-19).

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per 5 April menunjukkan jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 2.273 orang. Dari jumlah tersebut, 198 orang meninggal dunia (tingkat kematian/mortality rate 8,71%).

Seminggu sebelumnya, jumlah pasien corona di Tanah Air adalah 1.414 orang dan korban jiwa tercatat 122 orang (tingkat kematian 8,62%). Artinya jumlah pasien naik 60,75% dan korban meninggal bertambah 62,29% dalam sepekan.


Penyebaran virus corona yang begitu cepat dan masif membuat pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menetapkan kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 21/2020.

Kementerian Kesehatan juga sudah menerbitkan aturan pelaksananya yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No 9/2020. Pasal 13 beleid ini menyebutkan bahwa PSBB meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, serta pembatasan moda transportasi.


Kemungkinan konsumen rumah tangga khawatir penerapan PSBB akan membuat penghasilan mereka turun atau bahkan bisa hilang sama sekali. Fenomena yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lainnya akibat pandemi virus corona.


Kemudian IEK juga terbagi menjadi tiga komponen besar yaitu indeks ekspektasi penghasilan, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja, dan indeks ekspektasi kegiatan usaha. Ketiganya mencatatkan penurunan pada Maret.

Bank Indonesia
 
Di IEK, penurunan paling dalam dialami oleh indeks ekspektasi kegiatan usaha. Lagi-lagi sepertinya virus corona yang merenggutnya.

Contoh, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah komando Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk memperpanjang masa penutupan tempat hiburan untuk meredam penyebaran virus corona di Ibu Kota. Wajar, karena kasus corona di Jakarta adalah yang tertinggi se-Indonesia.


Jenis tempat hiburan yang ditutup sementara adalah klab malam, diskotek, pub/musik hidup, karaoke keluarga, karaoke eksekutif, bar/rumah minum, griya pijat, spa, bioskop, bowling/bola gelinding, biliar/bola sodok, mandi uap, seluncur, arena ketangkasan manual mekanik dan/atau elektronik untuk orang dewasa, gelanggang rekreasi olah raga, arena permainan ketangkasan manual mekanik dan/atau elektronik untuk anak-anak/keluarga, usaha jasa salon kecantikan/perawatan rambut, serta penyelenggaraan MICE/ballroom/balai pertemuan.

Awalnya masa penutupan tempat hiburan berlangsung pada 23 Maret-5 April. Namun pemerintah memperpanjang menjadi hingga 19 April. Jika kondisi terus memburuk, maka tidak mungkin bisa diperpanjang lagi. Jadi tidak heran kalau indeks ekspektasi kegiatan usaha turun paling tajam.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular