Oh Corona, Akankah Ubah Suka Cita Puasa-Lebaran Jadi Nestapa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2020 06:44
Corona Bisa Bikin Kacau Puasa-Lebaran
Foto: Mencegah Virus Corona, Sejumlah Masjid di Jakarta di Semprot Disinfektan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Indonesia juga bakal merasakan dampak signifikan dari virus corona. Bahkan Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada 2020 hanya 1%. Kalau ini terjadi, maka akan menjadi catatan terburuk sejak 1999.




Risiko tertinggi dari perlambatan ekonomi domestik akan datang pada kuartal II-2020. Semestinya kuartal II-2020 justru bisa menjadi puncak pertumbuhan ekonomi yang mendongrak kinerja keseluruhan tahun.

Pasalnya pada kuartal II-2020 akan ada Ramadan-Idul Fitri yang secara historis adalah puncak konsumsi rumah tangga, komponen terbesar dalam pembentukan PDB nasional. Pertumbuhan ekonomi juga akan merata, karena Ramadan-Idul Fitri dirayakan oleh masyarakat dengan mudik, seperti halnya Imlek di China.

Jadi wajar pada kuartal yang terdapat Ramadan-Idul Fitri menjadi puncak pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Ini terjadi pada hampir 10 tahun terakhir.



Namun virus corona merenggut potensi tersebut. Sebab kalau situasinya belum membaik (bahkan semakin buruk), maka ucapkan selamat tinggal kepada tradisi mudik.

Saat ini pemerintah sedang mempertimbangkan larangan bagi rakyat untuk mudik, demi meredam penyebaran virus corona. Kebijakan itu diberi mana Tidak Mudik, Tidak Piknik Lebaran 2020.

"Kita harus hitung berbagai skenario untuk memastikan keselamatan masyarakat. Segala kebijakan ini nantinya menunggu keputusan dari Ratas Kabinet yang akan dipimpin Bapak Presiden. Kami berharap nantinya kebijakan ini yang terbaik bagi kita semua," kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi, dalam siaran tertulis pekan lalu.


Selain itu, konsumsi masyarakat juga bisa 'tersunat' karena dunia usaha sedang menimbang-nimbang untuk tidak memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) secara penuh. Ada wacana untuk mengurangi THR, bahkan menundanya sampai tahun depan.

"Apa kemampuan perusahaan itu hanya 80%, 60%, bahkan 50%. Bahkan mungkin juga ada pahitnya kalau nanti kemungkinan tidak bisa akan dirapel tahun depan misalnya atau nanti saat kondisi keuangan sudah membaik, tapi tetap posisi tanggung jawab perusahaan akan dijalankan. Nanti akan banyak opsi lah," sebut Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang.


Well, inilah kenyataan pahit yang harus diterima oleh rakyat Indonesia. Gara-gara virus corona, momentum Ramadan-Idui Fitri yang penuh suka cita bisa berubah menjadi nestapa...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular