
Oh Corona, Akankah Ubah Suka Cita Puasa-Lebaran Jadi Nestapa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2020 06:44

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Minggu (29/3/2020) pukul 22:12 WIB, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia mencapai 685.623. Dari jumlah tersebut, 32.137 orang di antaranya meninggal dunia (tingkat kematian/mortality rate 4,69%).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan penyebaran virus corona sebagai pandemi global. Penyebaran yang begitu cepat dan masif membuat dunia harus bergerak cepat.
"Peluang semakin hari menjadi semakin sempit, sehingga kita harus bergerak cepat sebelum peluang itu hilang. Penyebaran ini bisa bergerak ke arah mana saja. Kalau kita bertindak dengan benar, maka kita bisa menghindari krisis yang serius. Namun jika kita menyia-nyiakan kesempatan, maka kita akan berhadapan dengan masalah yang sangat serius," tegas Tedros Adhanom Ghebeyesus, Direktur Jenderal WHO, seperti dikutip dari Reuters.
Salah satu bentuk tindakan cepat yang dilakukan berbagai negara adalah membatasi aktivitas masyarakat untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona. Sebab interaksi antar manusia lah yang membuat virus corona menyebar dengan sangat cepat.
Caranya adalah dengan memberlakukan karantina wilayah alias lockdown, bisa parsial maupun total. Lockdown parsial adalah menutup akses masuk/keluar wilayah, sementara lockdown total adalah menambahkannya dengan larangan warga keluar rumah kecuali untuk urusan yang sangat mendesak. Dalam skema lockdown total, transportasi publik juga tidak boleh beroperasi.
Apapun itu, yang jelas lockdown berarti 'memagari' aktivitas publik. Sudah pasti roda ekonomi akan berjalan lambat atau bisa berhenti sama sekali.
Oleh karena itu, resesi ekonomi global sepertinya sudah di depan mata. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) menilai saat ini dunia sudah masuk ke jurang resesi.
"Kami telah mengkaji ulang prospek pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021. Sekarang sudah jelas bahwa kita sudah memasuki resesi, sama atau bahkan lebih parah dibandingkan 2009.
Kami memperkirakan ada pemulihan pada 2021, bahkan mungkin dalam kisaran yang lumayan tinggi. Syaratnya, kita harus sukses meredam penyebaran virus ini di mana pun dan kita mampu mencegah masalah likuiditas agar tidak melebar menjadi isu penyelamatan (solvancy)," ungkap Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, dalam keterangan pers usai pertemuan International Monetary and Financial Committee (IMFC).
Yup, kali terakhir dunia mengalami resesi ekonomi adalah pada 2009. Kala itu, Produk Domestik Bruto (PDB) dunia terkontraksi alias tumbuh negatif -1,68%.
Apakah virus corona bisa membuat perekonomian dunia lebih parah dari 2009? Hanya Tuhan yang tahu...
(aji/sef)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan penyebaran virus corona sebagai pandemi global. Penyebaran yang begitu cepat dan masif membuat dunia harus bergerak cepat.
"Peluang semakin hari menjadi semakin sempit, sehingga kita harus bergerak cepat sebelum peluang itu hilang. Penyebaran ini bisa bergerak ke arah mana saja. Kalau kita bertindak dengan benar, maka kita bisa menghindari krisis yang serius. Namun jika kita menyia-nyiakan kesempatan, maka kita akan berhadapan dengan masalah yang sangat serius," tegas Tedros Adhanom Ghebeyesus, Direktur Jenderal WHO, seperti dikutip dari Reuters.
Caranya adalah dengan memberlakukan karantina wilayah alias lockdown, bisa parsial maupun total. Lockdown parsial adalah menutup akses masuk/keluar wilayah, sementara lockdown total adalah menambahkannya dengan larangan warga keluar rumah kecuali untuk urusan yang sangat mendesak. Dalam skema lockdown total, transportasi publik juga tidak boleh beroperasi.
Apapun itu, yang jelas lockdown berarti 'memagari' aktivitas publik. Sudah pasti roda ekonomi akan berjalan lambat atau bisa berhenti sama sekali.
Oleh karena itu, resesi ekonomi global sepertinya sudah di depan mata. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) menilai saat ini dunia sudah masuk ke jurang resesi.
"Kami telah mengkaji ulang prospek pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021. Sekarang sudah jelas bahwa kita sudah memasuki resesi, sama atau bahkan lebih parah dibandingkan 2009.
Kami memperkirakan ada pemulihan pada 2021, bahkan mungkin dalam kisaran yang lumayan tinggi. Syaratnya, kita harus sukses meredam penyebaran virus ini di mana pun dan kita mampu mencegah masalah likuiditas agar tidak melebar menjadi isu penyelamatan (solvancy)," ungkap Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, dalam keterangan pers usai pertemuan International Monetary and Financial Committee (IMFC).
Yup, kali terakhir dunia mengalami resesi ekonomi adalah pada 2009. Kala itu, Produk Domestik Bruto (PDB) dunia terkontraksi alias tumbuh negatif -1,68%.
Apakah virus corona bisa membuat perekonomian dunia lebih parah dari 2009? Hanya Tuhan yang tahu...
(aji/sef)
Next Page
Corona Bisa Bikin Kacau Puasa-Lebaran
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular