
Tingkat Kematian Akibat Corona di Italia 9,25%, RI 9,33%!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 March 2020 14:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona di berbagai negara semakin mengkhawatirkan. Di Indonesia, tingkat kematian (mortality rate) akibat virus corona lebih tinggi ketimbang negara-negara dengan kasus yang lebih besar.
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Senin (23/3/2020) pukul 12:19 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 339.259 orang. Dari jumlah tersebut, 14.706 tutup usia.
China masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di dunia yaitu 81.439 orang. Menyusul Italia (59.138 orang), Amerika Serikat/AS (35.206 orang), Spanyol (28.768 orang), Jerman (24.873 orang), Iran (21.638 orang), Prancis (16.243 orang), Korea Selatan (8.961 orang), Swiss (7.474 orang), dan Inggris (5.745 orang).
Di 10 negara dengan kasus corona terbanyak di dunia itu, tingkat kematian (perbandingan jumlah pasien dengan jumlah korban meninggal) terendah ada di Jerman yaitu 0,38%. Sementara tertinggi ada di Italia dengan 9,26%. Rata-rata tingkat kematian adalah 4,04%.
Namun, perlu diwaspadai bahwa tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia lebih tinggi ketimbang Italia. Dengan 514 pasien dan 48 korban jiwa, tingkat kematian akibat corona di Tanah Air mencapai 9,33%.
Kemungkinan hal ini yang membuat investor belum berani masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 13:31 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hampir 4% ke posisi terendah sejak 2013. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi lebih dari 4% yang membuat mata uang Tanah Air menyentuh titik terlemah sejak pertengahan 1998.
Riset Citi menyebutkan, angka pasien corona di Indonesia ke depan bakal bertambah signifikan. Pasalnya sekarang baru sekitar 1.000 orang yang menjalani tes. Pemerintah sedang berupaya meningkatkan kapasitas tes dengan mengimpor alat dari luar negeri.
"Ketika tes bisa dilaksanakan secara lebih luas, maka kasus corona akan meningkat pesat," sebut riset itu.
Indonesia, lanjut riset Citi, memang memiliki fundamental ekonomi dan rekam jejak kebijakan yang mumpuni. Namun dalam situasi sekarang, dua keunggulan itu seakan tidak dilihat oleh investor.
"Kami khawatir dengan minimnya fasilitas kesehatan untuk merespons COVID-19. Infeksi yang semakin luas akan menciptakan kabar buruk," tulis riset Citi.
Akibat dampak virus corona, Citi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menuju ke 4,5% ketimbang bertahan di kisaran 5%. Selain itu, Citi juga menyebut ada tiga risiko utama bagi perekonomian nasional akibat serangan virus corona.
Pertama adalah kemungkinan pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja akan molor jika jadwal sidang DPR terganggu. Ini bisa mempengaruhi arus investasi di sektor riil.
Kedua adalah penurunan harga komoditas global karena permintaan yang melambat. Jika koreksinya semakin dalam, maka penerimaan negara bisa berkurang signifikan sehingga defisit anggaran kian melebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Senin (23/3/2020) pukul 12:19 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 339.259 orang. Dari jumlah tersebut, 14.706 tutup usia.
China masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di dunia yaitu 81.439 orang. Menyusul Italia (59.138 orang), Amerika Serikat/AS (35.206 orang), Spanyol (28.768 orang), Jerman (24.873 orang), Iran (21.638 orang), Prancis (16.243 orang), Korea Selatan (8.961 orang), Swiss (7.474 orang), dan Inggris (5.745 orang).
Namun, perlu diwaspadai bahwa tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia lebih tinggi ketimbang Italia. Dengan 514 pasien dan 48 korban jiwa, tingkat kematian akibat corona di Tanah Air mencapai 9,33%.
Kemungkinan hal ini yang membuat investor belum berani masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 13:31 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hampir 4% ke posisi terendah sejak 2013. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi lebih dari 4% yang membuat mata uang Tanah Air menyentuh titik terlemah sejak pertengahan 1998.
Riset Citi menyebutkan, angka pasien corona di Indonesia ke depan bakal bertambah signifikan. Pasalnya sekarang baru sekitar 1.000 orang yang menjalani tes. Pemerintah sedang berupaya meningkatkan kapasitas tes dengan mengimpor alat dari luar negeri.
"Ketika tes bisa dilaksanakan secara lebih luas, maka kasus corona akan meningkat pesat," sebut riset itu.
Indonesia, lanjut riset Citi, memang memiliki fundamental ekonomi dan rekam jejak kebijakan yang mumpuni. Namun dalam situasi sekarang, dua keunggulan itu seakan tidak dilihat oleh investor.
"Kami khawatir dengan minimnya fasilitas kesehatan untuk merespons COVID-19. Infeksi yang semakin luas akan menciptakan kabar buruk," tulis riset Citi.
Akibat dampak virus corona, Citi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menuju ke 4,5% ketimbang bertahan di kisaran 5%. Selain itu, Citi juga menyebut ada tiga risiko utama bagi perekonomian nasional akibat serangan virus corona.
Pertama adalah kemungkinan pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja akan molor jika jadwal sidang DPR terganggu. Ini bisa mempengaruhi arus investasi di sektor riil.
Kedua adalah penurunan harga komoditas global karena permintaan yang melambat. Jika koreksinya semakin dalam, maka penerimaan negara bisa berkurang signifikan sehingga defisit anggaran kian melebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular