
Sri Mulyani: Corona Lebih Rumit dari Krisis 2008! Benarkah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2020 06:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan mengatasi dampak ekonomi dari virus corona bakal lebih rumit ketimbang krisis ekonomi global 2008-2009. Aduh...
Kali ini berbeda. Serangan virus corona adalah fenomena kesehatan yang berdampak ke ekonomi. Namun dampaknya bisa lebih fatal dibandingkan krisis 2008-2009.
Krisis 2008-2009 memang menyebabkan banyak perusahaan jatuh dan gelombang PHK menyebar ke mana-mana. Orang-orang tidak bekerja dan aktivitas ekonomi mengkerut.
Sekarang sama, orang-orang juga tidak bekerja. Namun kali ini mereka tidak bekerja karena ada virus mematikan yang bergentayangan di luar sana. Mereka tidak bekerja karena ingin menyelamatkan nyawa.
Virus corona langsung menyerang sektor riil, aktivitas masyarakat terpaksa dibatasi karena mencegah penyebaran lebih lanjut. Produksi berkurang (bahkan berhenti) dan rantai pasok global terhambat.
Sedangkan krisis 2008-2009 sejatinya adalah krisis keuangan. Bermula dan besar di sektor keuangan, baru kemudian merambat ke sektor riil karena akses pembiayaan mampet.
Kebalikan dengan 2008-2009, virus corona adalah fenomena di lapangan yang merambat ke sektor keuangan. Indeks volatilitas pasar (VIX) keluaran Chicago Board Options Exchange menunjukkan kenaikan 187,52% secara year-to-date.
Dalam periode yang sama pada 2008, indeks VIX masih turun 9.23%. Bahkan sepanjang 2008 indeks VIX malah turun 33,4%. Jadi gejolak pasar saat ini memang lebih tinggi ketimbang 2008.
"Saya kira 2020 adalah tahun Pemilu (Pemilu di Amerika Serikat /AS digelar tahun ini). Ternyata adalah tahun virus. Ini akan mendominasi perekonomian global pada 2020," kata David Kelly, Chief Global Strategist di JPMorgan Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.
Gara-gara virus corona, Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.
Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.
Akan tetapi, berbagai nestapa ini akan selesai dan pulih dengan cepat ketika serangan virus berakhir. Harapan mulai muncul karena laju pertumbuhan kasus baru di China berkurang drastis.
"Kemarin, kasus baru di China semakin menurun yaitu 139. Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus baru hanya enam per hari, jauh di bawah rata-rata sebelumnya yaitu 51. Tingkat kesembuhan juga naik menjadi 60% di Provinsi Hubei dan 89,4% di luar Hubei," papar riset Citi.
Berbeda dengan krisis 2008-2009 yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Bahkan AS baru menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015, pertanda Negeri Paman Sam baru yakin betul bahwa mereka sudah sembuh. Artinya proses penyembuhan dari krisis memakan waktu sekitar tujuh tahun.
"Sekarang kita memang belum melihat mata badai. Namun perlahan badai akan berkurang dan begitu selesai maka ekonomi global akan langsung melesat pada 2021. Investor tidak perlu panik berlebihan," kata Blair Effron, Co-Founder Centerview Partners, seperti dikutip dari Reuters.
Bank Indonesia (BI) juga memantau aktivitas ekonomi di China mulai pulih. "Dari sisi traffic di pelabuhan, kegiatan ekspor-impor di China sudah mulai terjadi peningkatan meski memang masih tahap awal. Demikian juga konsumsi batu bara di sana mulai naik meski masih di bawah normal," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, belum lama ini.
BI memperkirakan dampak terberat akan dirasakan pada Februari dan Maret, sebelum mulai terjadi perbaikan pada April. Dalam enam bulan, ekonomi China sudah pulih sepenuhnya.
Seperti penggalan lirik lagu You'll Never Walk Alone yang dipopulerkan Gerry and the Peacemakers, akan akan pelangi di ujung badai. At the end of the storm, there's a golden sky and the sweet silver song of the lark...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Jumat (6/3/2020) pukul 03:53 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia sudah mencapai 97.873. Sementara korban jiwa terus bertambah menjadi 3.347 orang.
Walau penyebaran di lokasi asalnya (China) sudah melambat, tetapi yang sekarang dikhawatirkan adalah di negara-negara lain. Tiga orang meninggal dunia di Prancis, yang membuat korban jiwa bertambah menjadi tujuh. Sementara tiga orang di Negara Bagian New York (Amerika Serikat/AS) positif mengidap virus corona. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.
HSBC meminta lebih dari 100 karyawan di kantor London (Inggris) untuk pulang setelah seorang di antaranya positif terjangkit virus corona. UniCredit di Italia juga memulangkan karyawannya karena ada dua orang yang mengidap virus corona. Sementara JPMorgan memindahkan para trader dari New York dan London ke lokasi lain untuk mencegah penularan virus.
"Lebih rumit yang ini (ketimbang krisis 2008-2009) karena ini menyangkut manusia, harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia. Itu yang jauh lebih langsung. Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) paling," papar Sri Mulyani kala ditemui di komplek Istana Kepresidenan, kemarin.
Sri Mulyani benar. Krisis 2008-2009 adalah murni fenomena ekonomi. Penyebabnya adalah ledakan kredit macet di sektor properti (sub-prime mortgage) yang ternyata melibatkan banyak institusi. Sistemik. Walau penyebaran di lokasi asalnya (China) sudah melambat, tetapi yang sekarang dikhawatirkan adalah di negara-negara lain. Tiga orang meninggal dunia di Prancis, yang membuat korban jiwa bertambah menjadi tujuh. Sementara tiga orang di Negara Bagian New York (Amerika Serikat/AS) positif mengidap virus corona. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.
HSBC meminta lebih dari 100 karyawan di kantor London (Inggris) untuk pulang setelah seorang di antaranya positif terjangkit virus corona. UniCredit di Italia juga memulangkan karyawannya karena ada dua orang yang mengidap virus corona. Sementara JPMorgan memindahkan para trader dari New York dan London ke lokasi lain untuk mencegah penularan virus.
"Lebih rumit yang ini (ketimbang krisis 2008-2009) karena ini menyangkut manusia, harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia. Itu yang jauh lebih langsung. Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) paling," papar Sri Mulyani kala ditemui di komplek Istana Kepresidenan, kemarin.
Kali ini berbeda. Serangan virus corona adalah fenomena kesehatan yang berdampak ke ekonomi. Namun dampaknya bisa lebih fatal dibandingkan krisis 2008-2009.
Krisis 2008-2009 memang menyebabkan banyak perusahaan jatuh dan gelombang PHK menyebar ke mana-mana. Orang-orang tidak bekerja dan aktivitas ekonomi mengkerut.
Sekarang sama, orang-orang juga tidak bekerja. Namun kali ini mereka tidak bekerja karena ada virus mematikan yang bergentayangan di luar sana. Mereka tidak bekerja karena ingin menyelamatkan nyawa.
Virus corona langsung menyerang sektor riil, aktivitas masyarakat terpaksa dibatasi karena mencegah penyebaran lebih lanjut. Produksi berkurang (bahkan berhenti) dan rantai pasok global terhambat.
Sedangkan krisis 2008-2009 sejatinya adalah krisis keuangan. Bermula dan besar di sektor keuangan, baru kemudian merambat ke sektor riil karena akses pembiayaan mampet.
Kebalikan dengan 2008-2009, virus corona adalah fenomena di lapangan yang merambat ke sektor keuangan. Indeks volatilitas pasar (VIX) keluaran Chicago Board Options Exchange menunjukkan kenaikan 187,52% secara year-to-date.
Dalam periode yang sama pada 2008, indeks VIX masih turun 9.23%. Bahkan sepanjang 2008 indeks VIX malah turun 33,4%. Jadi gejolak pasar saat ini memang lebih tinggi ketimbang 2008.
"Saya kira 2020 adalah tahun Pemilu (Pemilu di Amerika Serikat /AS digelar tahun ini). Ternyata adalah tahun virus. Ini akan mendominasi perekonomian global pada 2020," kata David Kelly, Chief Global Strategist di JPMorgan Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.
Gara-gara virus corona, Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.
Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.
Akan tetapi, berbagai nestapa ini akan selesai dan pulih dengan cepat ketika serangan virus berakhir. Harapan mulai muncul karena laju pertumbuhan kasus baru di China berkurang drastis.
"Kemarin, kasus baru di China semakin menurun yaitu 139. Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus baru hanya enam per hari, jauh di bawah rata-rata sebelumnya yaitu 51. Tingkat kesembuhan juga naik menjadi 60% di Provinsi Hubei dan 89,4% di luar Hubei," papar riset Citi.
Berbeda dengan krisis 2008-2009 yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. Bahkan AS baru menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015, pertanda Negeri Paman Sam baru yakin betul bahwa mereka sudah sembuh. Artinya proses penyembuhan dari krisis memakan waktu sekitar tujuh tahun.
"Sekarang kita memang belum melihat mata badai. Namun perlahan badai akan berkurang dan begitu selesai maka ekonomi global akan langsung melesat pada 2021. Investor tidak perlu panik berlebihan," kata Blair Effron, Co-Founder Centerview Partners, seperti dikutip dari Reuters.
Bank Indonesia (BI) juga memantau aktivitas ekonomi di China mulai pulih. "Dari sisi traffic di pelabuhan, kegiatan ekspor-impor di China sudah mulai terjadi peningkatan meski memang masih tahap awal. Demikian juga konsumsi batu bara di sana mulai naik meski masih di bawah normal," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, belum lama ini.
BI memperkirakan dampak terberat akan dirasakan pada Februari dan Maret, sebelum mulai terjadi perbaikan pada April. Dalam enam bulan, ekonomi China sudah pulih sepenuhnya.
Seperti penggalan lirik lagu You'll Never Walk Alone yang dipopulerkan Gerry and the Peacemakers, akan akan pelangi di ujung badai. At the end of the storm, there's a golden sky and the sweet silver song of the lark...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular