California Darurat Corona, Wall Street Dibuka Anjlok 700 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 March 2020 21:57
Bursa AS dibuka anjlok pada pembukaan Kamis (5/3/2020), membalikkan lonjakan kemarin karena sentimen pasar belum pulih dari corona.
Foto: Ekspresi Trader di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka anjlok pada pembukaan perdagangan Kamis (5/3/2020), membalikkan lonjakan kemarin karena sentimen pasar belum sepenuhnya pulih dari kekhawatiran seputar virus corona.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 731,9 poin (-2,7%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan bertambah menjadi 760,6 poin (-2,9%) selang 20 menit kemudian ke 26.318,6. Indeks Nasdaq tertekan 219 poin (-2,4%) ke 8.805,8 dan S&P 500 longsor 84,2 poin (-2,8%) ke 3.041,9.

Ketakutan seputar dampak virus corona terhadap ekonomi global terus mencekik psikologi pelaku pasar menyusul makin meluasnya penyebaran di dunia dan maraknya karantina di AS. California mengumumkan status darurat setelah satu orang terkonfirmasi meninggal akibat virus tersebut dan konfirmasi 53 penderita baru.

"(Dow) futures anjlok dan mereka membalikkan lebih dari kenaikan yang dibukukan kemarin karena virus corona terus menyebar di penjuru AS," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Sebanyak 30 emiten yang menjadi konstituen utama indeks Dow Jones berayun hingga lebih dari 1.000 poin dalam tiga hari terakhir. Indeks Dow Jones membukukan lonjakan kenaikan harga terbesar kedua pada Rabu menyusul makin menguatnya kans Joe Biden dalam ajang Selasa Super Partai Demokrat.

Investor menyambut positif majunya mantan Wakil Presiden AS dalam bursa pemilihan karena calon lainnya yakni Bernie Sanders mengusung program yang cenderung sosialis dan merugikan emiten farmasi yang saat ini terlibat dalam program jaminan kesehatan di AS.

"Meski saham menguat, imbal hasil obligasi pemerintah AS dan harga emas tidak memberikan respon yang sama," ujar Matt Maley, kepala perencana pasar Miller Tabak dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Artinya, lanjut dia, pasar keuangan secara umum masih belum yakin bahwa kondisi sudah baik-baik saja dan dampak negatif virus corona telah menghilang.  Dengan kata lain, dia menilai masih banyak sinyal peringatan marabahaya yang dikirim. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun anjlok di bawah 1% untuk pertama kali dalam sejarah.

Pada Selasa, bank sentral AS memangkas suku bunga acuannya hingga 50 basis poin, dengan alasan bahwa virus corona "memiliki risiko terhadap aktivitas perekonomian." Ini merupakan pemangkasan darurat pertama sejak krisis keuangan 2008. Namun langkah itu gagal meyakinkan pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular