Tak Cuma Corona, Ini 5 'Setan' Ekonomi 2020!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 February 2020 06:19
Beban Utang Negara Berkembang
Ilustrasi Dolar AS REUTERS/Thomas White
Sejak masa krisis keuangan global 2008-2009 hingga 2015, dunia begitu terbiasa dengan suku bunga rendah, bahkan ultra rendah. Namun selepas 2015, suku bunga global kembali bergerak ke utara.



Ditambah lagi pada 2018 bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) sangat agresif menaikkan suku bunga acuan untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam agar tidak kebablasan. Jadilah arus modal mengarah ke AS dan negara-negara berkembang hanya kebagian remah-remah rengginang.

Akibatnya, sejumlah negara seperti Turki dan Argentina mengalami krisis mata uang yang lumayan parah, terutama pada 2018. Depresiasi mata uang membuat beban utang luar negeri meningkat, karena nilainya menjadi lebih mahal jika dikonversikan ke mata uang domestik. Turki dan Argentina bahkan sempat jatuh ke jurang resesi. 



"Negara yang masih rentan seperti Turki dan Argentina bisa kembali memasuki masa krisis jika ada perubahan kebijakan moneter global. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi negara-negara berkembang lainnya dan menjadi masalah global," sebut riset EIU.

Menurut EIU, peluang terjadinya masalah ekonomi global akibat beban utang di negara berkembang adalah 20%. Jadi memang masih harus diwaspadai ya.

(aji/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular