
Tak Cuma Corona, Ini 5 'Setan' Ekonomi 2020!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 February 2020 06:19

Kalau gesekan Timur Tengah dan perang dagang AS-Eropa adalah masalah lama yang belum selesai, maka virus corona adalah risiko baru bagi perekonomian global. Virus ini menyebar pada pekan keempat Januari, seiring perayaan Tahun Baru Imlek.
Serangan virus corona berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Namun ya itu tadi, virus menyebar cepat karena Imlek adalah puncak mobilitas masyarakat China.
Kini, corona sudah menyebar ke lebih dari 20 negara. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Rabu (27/2/2020) pukul 15:03 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 81.005. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 2.762.
"Pemerintah China sudah menjadikan Hubei sebagai lokasi tertutup. Aktivitas ekonomi di daerah lain termasuk Beijing dan Shanghai juga terganggu dengan kebijakan karantina. Permintaan domestik pun menurun," tulis laporan EIU.
Menurut EIU, dampak ekonomi virus corona akan lebih parah ketimbang wabah SARS pada 2002-2003. Sebab saat ini China memainkan peran kunci dalam rantai pasok global. EIU memiliki empat skenario terkait virus corona.
Pertama adalah yang optimistis yaitu serangan virus di China akan berhenti pada akhir Februari. Kemungkinannya 25%, yang membuat ekonomi China masih bisa tumbuh 5,7% pada 2020.
Skenario kedua adalah penyebaran virus corona di China selesai pada akhir Maret, dengan probabilitas tertinggi yaitu 50%. Ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu menjadi 'hanya' 5,4% pada 2020.
Skenario ketiga adalah yang lebih pesimistis yaitu penyebaran virus baru berhenti pada akhir Juni, dengan peluang 20%. Kalau ini yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi China kemungkinan cuma 4,5%.
Skenario terakhir, yang berstatus mimpi buruk (nightmare), adalah penyebaran virus tidak bisa teratasi dan terus berlangsung sepanjang 2020. Kemungkinannya memang hanya 5%, tetapi apabila ini terjadi maka siap-siap pertumbuhan ekonomi China bakal kurang dari 4,5%.
"Apabila skenario terburuk yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan di bawah 2,5%," sebut riset EIU.
(aji/sef)
Serangan virus corona berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Namun ya itu tadi, virus menyebar cepat karena Imlek adalah puncak mobilitas masyarakat China.
Kini, corona sudah menyebar ke lebih dari 20 negara. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Rabu (27/2/2020) pukul 15:03 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 81.005. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 2.762.
Menurut EIU, dampak ekonomi virus corona akan lebih parah ketimbang wabah SARS pada 2002-2003. Sebab saat ini China memainkan peran kunci dalam rantai pasok global. EIU memiliki empat skenario terkait virus corona.
Pertama adalah yang optimistis yaitu serangan virus di China akan berhenti pada akhir Februari. Kemungkinannya 25%, yang membuat ekonomi China masih bisa tumbuh 5,7% pada 2020.
Skenario kedua adalah penyebaran virus corona di China selesai pada akhir Maret, dengan probabilitas tertinggi yaitu 50%. Ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu menjadi 'hanya' 5,4% pada 2020.
Skenario ketiga adalah yang lebih pesimistis yaitu penyebaran virus baru berhenti pada akhir Juni, dengan peluang 20%. Kalau ini yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi China kemungkinan cuma 4,5%.
Skenario terakhir, yang berstatus mimpi buruk (nightmare), adalah penyebaran virus tidak bisa teratasi dan terus berlangsung sepanjang 2020. Kemungkinannya memang hanya 5%, tetapi apabila ini terjadi maka siap-siap pertumbuhan ekonomi China bakal kurang dari 4,5%.
![]() |
"Apabila skenario terburuk yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan di bawah 2,5%," sebut riset EIU.
(aji/sef)
Next Page
Beban Utang Negara Berkembang
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular