Round Up Sepekan

Langit Suriah Kembali Membara, Antara Putin-Assad-Erdogan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 February 2020 09:41
Erdogan Beli Rudal AS
Foto: Penembakan Helikopter di Suriah. (AP Photo/Ghaith Alsayed)
Pemerintah Turki dilaporkan akan membeli rudalĀ Patriot milik Amerika Serikat (AS). Rudal ini akan dipakai di wilayah perang di Barat Laut Suriah, guna membendung pasukan Suriah yang disokong militer Rusia.

Pernyataan ini muncul setelah kematian dua tentara Turki dan lima tentara lainnya luka-luka akibat serangan udara pada Kamis. Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Ankar, mengatakan tak menutup kemungkinan negerinya menerima rudal pertahanan AS, terutama untuk melindungi pasukan negeri itu.

"Kami tidak memiliki niat untuk berhadapan dengan Rusia," katanya saat diwawancarai CNN Turk, sebagaimana dikutip AFP, Jumat (21/2/2020).

"(Namun) ada ancaman serangan udara, rudal, ke negeri kita (Turki) ... Mungkin (Turki) akan didukung Patriot (rudal buatan AS)."

Ia mengatakan pembelian Patriot untuk menopang militer Turki mungkin saja dilakukan. Meski, negeri itu mendapat kecaman dari AS, karena sebelumnya sempat membeli sistem pertahanan Rusia S-400.

"Kami adalah mitra dalam program ini," katanya lagi merujuk program jet tempur lain AS F-35, di mana Turki pernah di dalamnya sebelum akhirnya dikeluarkan karena membeli senjata Rusia.

Sementara itu, ditulis Bloomberg, permintaan itu sebenarnya sudah diajukan Turki ke AS sejak pekan lalu. Namun belum ada komentar resmi dari Washington.

Ini diyakini terkait dengan kekecewaan AS pada negeri Presiden Erdogan yang telah membeli senjata S-400 Rusia. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump sempat mengecam pembelian itu karena Turki mengingat negara itu bagian dari NATO.

Perang Suriah sudah terjadi sejak 2011 lalu. Awalnya perang ini melibatkan rezim Bashar al-Assad dan massa anti pemerintahannya, termasuk ISIS.

Namun Turki terlibat dan mendukung massa kontra Assad. Kelompok pemberontak yang menduduki daerah Suriah, didukung oleh Turki, melakukan operasi besar terhadap pasukan pemimpin Assad di provinsi barat laut Idlib Suriah.

Kemudian karena permintaan Assad, Rusia mengirim jet tempur Su-24 Fencer untuk melakukan serangan udara. Kementerian Pertahanan Turki menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan udara yang menewaskan pasukannya namun Su-24 Rusia juga ikut bertanggung jawab.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak 900.000 warga Suriah harus mengungsi akibat terjadinya perang antara militer Suriah dengan kelompok pemberontak anti Assad sejak Desember 2019 lalu.

Angka tersebut 100.000 lebih dari yang dicatat PBB sebelumnya. PBB juga menjelaskan jika ada banyak bayi-bayi yang sekarat akibat kedinginan, serta kamp bantuan dan pengungsian yang sudah kepenuhan.

Selain itu, ada pula dampak buruk terhadap perekonomian negara tersebut. Program Pangan Dunia PBB mengatakan, sekitar 6,5 juta orang di Suriah tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan mereka. Mereka juga harus mengungsi ke Turki, namun hingga kini negara tersebut enggan menerima lantaran sudah ada sekitar 3,7 juta warga Suriah di wilayahnya.

[Gambas:Video CNBC]





(dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular