Internasional

Suriah Perang, Putin Tolak Genjatan Senjata dengan Erdogan?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 February 2020 12:50
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dikabarkan kecewa dengan sikap Rusia di Suriah.
Foto: Warga Suriah merayakan ketika mereka memegang bendera nasional mereka di provinsi Aleppo, Suriah (SANA via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dikabarkan kecewa dengan sikap Rusia di Suriah. Pasalnya, Rusia dikabarkan menolak gencatan senjata di depan Dewan Keamanan PBB.

"Kami berusaha sangat keras untuk memiliki pernyataan pers yang menyerukan penghentian permusuhan dan akses kemanusiaan ke Idlib," ujar Nicolas de Riviere, Duta Besar Prancis untuk PBB, dilansir dari AFP Kamis (20/2/2020)

"Pada dasarnya Rusia mengatakan tidak, (Ini) sangat menyakitkan."



Seorang diplomat lainnya, dari Belgia juga mengatakan hal serupa. "Tidak ada pernyataan ... Ini tidaklah mungkin," kata Marc Pecsteen de Buytswerve.

Ia bahkan menjelaskan bahwa selama pertemuan itu dengan PBB, Rusia justru marah dan mengkritik negara-negara Barat. Rusia menilai Barat tidak memahami posisinya.

"Dewan (Keamanan PBB) sepenuhnya lumpuh," katanya lagi. Dalam pertemuan tersebut Rusia juga di dukung oleh China.



Sementara itu, utusan PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan Suria dan Turki memang intensif bertemu beberapa hari ini. Keduanya memegang kunci dalam krisis Suriah.

"Tapi tak ada satu pemahaman satu sama lain yang mereka buat," katanya.

"Sebaliknya ... dari tempat yang berbeda, Suriah dan internasional, (semua) mengkhawatirkan bahaya eskalasi lebih lanjut."

Kondisi kekerasan di Suriah sudah berlangsung sejak 2011. Perang terjadi antara massa pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mass anti presiden.

Kekerasan yang terus terjadi di Idlib dan Aleppo memaksa Turki masuk. Erdogan kala itu berdalih, pemerintahan Assad sudah melakukan pembunuhan massal di wilayah tersebut dan membuat arus pengungsi besar-besaran ke Turki.

Kedekatan antara Suriah dan Rusia pun membuat negeri yang dipimpin Vladimir Putin masuk ke dalam konflik ini. Namun di 2018, Turki dan Rusia sempat melakukan genjatan senjata.

Tapi Desember 2019, seiring semakin agresifnya tentara Assad mengusir massa kontra dirinya, kekerasan makin meningkat. Bahkan Turki mengklaim serangan tersebut melukai banyak tentaranya.

Ini membuat Turki melakukan serangan balik. Turki bahkan meminta Rusia tidak ikut campur antara urusan keduanya, khususnya di Idlib.

Sebelumnya, adu komentar muncul dari Rusia dan Turki. Rusia memperingatkan Turki agar tidak melakukan intervensi di Suriah.

Moskow menganggap Ankara memblokir upaya PBB untuk mengakhiri serangan di wilayah itu. Pernyataan ini disampaikan Rusia di tengah pembicaraan damai yang sebelumnya dilakukan kedua negara.

Militer Rusia bahkan menilai Turki seharusnya tak membela "kelompok teroris" di Idlib. 

"Jika kita berbicara tentang operasi terhadap otoritas sah Republik Suriah dan angkatan bersenjata republik Suriah, ini tentu saja akan menjadi skenario terburuk," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov di Moskow sebagaimana dilansir AFP.

Komentar ini muncul setelah Erdogan mengatakan pembicaraan dengan Moskow soal damai Suriah, sejauh ini gagal mencapai hasil yang diinginkan. Ia bahkan mengancam akan melancarkan serangan ke Suriah.

Kecuali Damaskus di bawah rezim Assad menarik pasukannya kembali pada akhir bulan ini dari wilayah Idlib. "Sebuah operasi di Idlib sudah dekat ... Kami menghitung mundur, kami membuat peringatan terakhir kami," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi lokal.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Panas Lagi! Turki-Suriah Kembali Baku Tembak di Idlib

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular