Internasional

Panas Lagi! Turki-Suriah Kembali Baku Tembak di Idlib

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
11 February 2020 08:46
Pasukan Turki dan Suriah kembali terlibat kontak senjata Senin (10/2/2020).
Foto: Konflik Turki-Suriah (REUTERS/Huseyin Aldemir)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan Turki dan Suriah kembali terlibat kontak senjata Senin (10/2/2020). Seperti dikutip dari AFP, bentrokan tersebut terjadi di Idlib, Barat Laut Suriah.

Turki, yang mendukung kelompok anti Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan setidaknya lima tentaranya tewas dalam baku tembak tersebut. Meski demikian belum diketahui berapa korban dari pihak Suriah.


Menurut Kelompok Observatori Suriah untuk HAM, ini merupakan serangan langsung kedua dalam delapan hari terakhir. Sebelumnya pada Minggu, Turki menambah pasukan ke wilayah Idlib seiring semakin panasnya militer Suriah yang dibantu Rusia.

Pada penembakan pekan lalu, setidaknya delapan tentara Turki tewas. Ini membuat Turki meluncurkan serangan udara yang menewaskan puluhan tentara Suriah.

Akibat konflik ini ketegangan bukan hanya terjadi antara Ankara dan Damaskus. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga tegang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kementerian Pertahanan Turki menegaskan akan menanggapi setiap serangan dengan kuatan penuh. Erdoga juga dikabarkan mengadakan rapat khusus membahas situasi Idlib di Senin malam.


Sementara itu Juru Bicara lembaga kemanusiaan PBB OCHA, David Swanson mengatakan 689 ribu orang mengungsi karena kekerasan yang terus terjadi.

"Jumlah orang yang terlantar dalam krisi ini bergerak di luar kendali," katanya ditulis AFP.  Di wilayah perbatasannya, Turki setidaknya sudah menampung 3,7 juta pengungsi Suriah.

Dalam perang ini, Turki didukung penuh oleh AS. Bahkan AS siap mengirimkan bantuan militer jika diperlukan, mengingat posisi Turki sebagai bagian dari NATO.

Krisis di Suriah sudah terjadi sejak 2011 lalu. Ada sebuah teori konspirasi yaitu rencana pembangunan pipa gas.

Mengutip ANSA, kantor berita Italia, ada rencana untuk membangun jaringan pipa gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Qatar yang tersambung sampai ke Eropa. Pipa tersebut membentang melalui Arab Saudi, Kuwait, dan Irak.

Qatar adalah eksportir LNG terbesar di dunia. Pada 2018, ekspor LNG Qatar mencapai 104,8 miliar meter kubik. "Pipa sudah siap di Turki untuk menerima pasokan gas tersebut. Hanya saja ada penghalang yaitu Al-Assad.

Pada 2009, Al-Assad menolak proposal dari Qatar karena menjaga kepentingan sekutunya, Rusia," sebut Felix Imonti, pengamat energi, seperti dikutip dari ANSA.

Rusia adalah pemasok gas utama di Benua Biru. Mengutip data Eurostat, sekitar 37% pasokan gas di Uni Eropa datang dari Negeri Beruang Merah.

Qatar dan Turki yang sudah bersiap membangun jaringan gas tentu gigit jari. Oleh karena itu, Al-Assad harus disingkirkan. 

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Serang Suriah, Turki Bunuh Ekonominya Sendiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular