Ekonomi RI 'Tertular' Virus Corona, Butuh 'Vaksin' BLT

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 February 2020 16:25
Virus Corona Merajalela
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Namun sejauh ini harapan tersebut masih jauh panggang dari api. Sebab kini muncul risiko baru bernama penyebaran virus Corona.

Virus ini bermula dari Kota Wuhan di Provinsi Hbei (China). Kebetulan kasusnya terjadi saat musim liburan Tahun Baru Imlek, yang membuat mobilitas masyarakat Negeri Tirai Bambu meningkat pesat. Pergerakan manusia antar-kota dan antar-negara melonjak, yang membuat penyebaran virus Corona semakin cepat.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:53 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 71.331 di mana 70.550 terjadi di China. Sementara korban jiwa mencapai 1.775, empat di antaranya ada di luar China.



Penyebaran virus Corona membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas. Dihantui virus mematikan, masyarakat dan dunia usaha tentu sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar rumah.

Akibatnya, roda perekonomian tidak mampu melaju kencang. Ini terjadi terutama di China, episentrum dari virus Corona. Di China, orang-orang yang baru kembali ke Beijing setelah pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek tidak boleh pergi ke mana-mana.

"Mulai sekarang, semua orang yang kembali dari Beijing harus tetap di rumah atau melapor ke kelompok observasi selama 14 hari setelah kedatangan. Barang siapa yang melanggar akan diberikan sanksi sesuai aturan hukum yang berlaku," sebut pengumuman Beijing Virus Prevention Working Group, sebagaimana diberitakan Reuters.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia, sehingga perlambatan di sana akan mempengaruhi seluruh negara. Apalagi China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Jadi walau AS-China sudah menyelesaikan perang dagang, ada risiko baru yang bisa membuat ekspor Indonesia tetap lesu. Apabila sentimen virus Corona bertahan lama, maka sepertinya ekspor masih sulit diharapkan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.



(aji/dru)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular