
Ekonomi RI 'Tertular' Virus Corona, Butuh 'Vaksin' BLT
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 February 2020 16:25

Senada dengan ekspor, investasi juga berisiko melambat. Ini bisa terlihat dari impor bahan baku/penolong dan barang modal yang terkontraksi masing-masing 7,35% YoY dan 5,26% YoY. Bahan baku/penolong dan barang modal ini akan bertransformasi menjadi investasi dalam beberapa bulan ke depan.
Oleh karena itu, faktor domestik harus mampu menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah berpesan bahwa konsumsi pemerintah harus digenjot agar menjadi stimulus bagi perekonomian nasional.
"Saya ingin kembali lagi menyampaikan, mengingatkan kepada seluruh K/L (Kementerian/Lembaga) agar belanja di bulan-bulan awal ini dipercepat. Terutama yang berkaitan dengan anggaran-anggaran modal, belanja modal. Sekali lagi agar belanjanya dipercepat, ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi," tegas Jokowi, pekan lalu.
Kepala Negara tentu tidak ingin kejadian seperti kuartal I-2019 terulang lagi. Kala itu, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,48% YoY. Konsumsi pemerintah yang loyo membuat pertumbuhan ekonomi tidak sampai 5%, tepatnya di 4,97%.
Itu pertama. Kedua, dan paling penting, adalah menjaga (kalau bisa meningkatkan) konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga adalah kunci, karena menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Cara menjaga konsumsi rumah tangga adalah mempertahankan inflasi tetap rendah. Tidak mudah, karena harga sejumlah bahan pangan mulai melonjak gara-gara pasokan dari China yang menipis. Penyebabnya apa lagi kalau bukan Corona.
Contoh, Indonesia banyak mendatangkan bawang putih dari China, bahkan sekitar 90% bawang putih impor datang dari negara tersebut. Pada Januari-Oktober 2019, nilai impor bawang putih Indonesia dari China adalah US$ 332,91 juta.
Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga bawang putih ukuran sedang secara nasional pada 21 Januari adalah Rp 35.600/kg. Hari ini, harganya adalah Rp 53.250/kg. Luar biasa...
Cara lain untuk mendorong konsumsi rumah tangga adalah melalui intervensi fiskal. Misalnya dengan pemberian subsidi langsung kepada masyarakat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pemberian BLT adalah solusi cepat (quick fix) yang terbukti mampu menjaga konsumsi rumah tangga. Pemerintahan SBY memberi BLT pada 2008 sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BLT ampuh membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,3% pada 2008, bahkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5%.
Oleh karena itu, mungkin pemerintah perlu memasukkan opsi pemberian BLT jika dampak serangan virus Corona berkepanjangan. Sebab kala ekspor dan investasi lesu, BLT bisa jadi adalah obat yang cespleng untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru)
Oleh karena itu, faktor domestik harus mampu menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah berpesan bahwa konsumsi pemerintah harus digenjot agar menjadi stimulus bagi perekonomian nasional.
"Saya ingin kembali lagi menyampaikan, mengingatkan kepada seluruh K/L (Kementerian/Lembaga) agar belanja di bulan-bulan awal ini dipercepat. Terutama yang berkaitan dengan anggaran-anggaran modal, belanja modal. Sekali lagi agar belanjanya dipercepat, ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi," tegas Jokowi, pekan lalu.
Itu pertama. Kedua, dan paling penting, adalah menjaga (kalau bisa meningkatkan) konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga adalah kunci, karena menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Cara menjaga konsumsi rumah tangga adalah mempertahankan inflasi tetap rendah. Tidak mudah, karena harga sejumlah bahan pangan mulai melonjak gara-gara pasokan dari China yang menipis. Penyebabnya apa lagi kalau bukan Corona.
Contoh, Indonesia banyak mendatangkan bawang putih dari China, bahkan sekitar 90% bawang putih impor datang dari negara tersebut. Pada Januari-Oktober 2019, nilai impor bawang putih Indonesia dari China adalah US$ 332,91 juta.
Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga bawang putih ukuran sedang secara nasional pada 21 Januari adalah Rp 35.600/kg. Hari ini, harganya adalah Rp 53.250/kg. Luar biasa...
Cara lain untuk mendorong konsumsi rumah tangga adalah melalui intervensi fiskal. Misalnya dengan pemberian subsidi langsung kepada masyarakat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pemberian BLT adalah solusi cepat (quick fix) yang terbukti mampu menjaga konsumsi rumah tangga. Pemerintahan SBY memberi BLT pada 2008 sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BLT ampuh membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,3% pada 2008, bahkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5%.
Oleh karena itu, mungkin pemerintah perlu memasukkan opsi pemberian BLT jika dampak serangan virus Corona berkepanjangan. Sebab kala ekspor dan investasi lesu, BLT bisa jadi adalah obat yang cespleng untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular