Internasional

Erdogan Panas ke Putin, Sebut Rusia Dukung Pembunuhan Massal

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
12 February 2020 17:24
Hal yang jarang, tapi Presiden Erdogan kali ini mengkritik pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin soal Suriah
Foto: Erdogan Putin (Presidential Press Service via AP, Pool)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali melemparkan kritikan pada pemerintah Presiden Rusia, Vladimir Putin. Keduanya berada di kubu berseberangan dalam krisis Suriah, di mana Rusia mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Bahkan Erdogan menuding Rusia sudah melakukan pembunuhan massal di Suriah. "Rezim itu, yang didukung tentara Rusia dan militan Iran secara terus menerus menyerang warga sipil, berkomitmen pada pembunuhan massal dan pertumpahan darah," tegasnya sebagaimana dikutip dari AFP, Rabu (12/2/2020).



Ia pun mengatakan Turki akan melakukan apapun untuk memukul mundur pasukan Suriah di 12 post observasi di Idlib. Terutama jika tentara Turki kembali jadi target serangan militer Suriah.

Meski wilayah Suriah, Idlib menjadi wilayah yang diamankan Turki, sesuai dengan perjanjian antara negara itu dengan Rusia, September 2019 lalu. Perjanjian ini disepakati di Sochi yang memuat gencatan senjata di wilayah konflik Suriah, oleh Turki, Rusia dan juga Iran.



"Kita akan melakukan apapun baik di darat maupun di udara, tanpa keraguan," ujarnya lagi. Erdogan mengancam tidak akan ada lagi pesawat Suriah yang bisa melintas bebas di wilayah itu.

Perang kini terjadi di Idlib. Pada Selasa (11/2/2020), dua tank Suriah dan satu markas amunisi dihancurkan tentara Turki.

Pada Senin, kedua tentara terlibat konflik senjata. Bukan hanya militer yang jadi korban, ketegangan keduanya juga memakan korban warga sipil.

Dalam perang ini, Turki didukung penuh oleh AS. Bahkan AS siap mengirimkan bantuan militer jika diperlukan, mengingat posisi Turki sebagai bagian dari NATO. Krisis di Suriah sudah terjadi sejak 2011 lalu.

Ada sebuah teori konspirasi yaitu rencana pembangunan pipa gas yang melewati Arab Saudi, Kuwait, dan Irak. "Presiden Suriah Bashar al-Assad, pada 2009, menolak proposal dari Qatar karena menjaga kepentingan sekutunya, Rusia," sebut Felix Imonti, pengamat energi, seperti dikutip dari ANSA.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Perang! Suriah Serang Turki, Erdogan Janji Balas Dendam?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular