
Turki-Suriah Memanas, Gegara Rebutan Pipa Gas?

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki mengklaim sebanyak 51 tentara Suriah terbunuh di barat laut Suriah saat pemberontak yang didukungnya membalas serangan pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia.
"Dua tank Suriah dan satu toko amunisi juga dihancurkan," kata Kementerian Pertahanan Turki pada Selasa (11/2/2020). Lembaga pemerintah itu mengutip informasi dari beberapa sumber di lapangan, dikutip Reuters, Rabu (12/2/2020).
Beberapa jam sebelumnya, seorang pemantau perang melaporkan bahwa pasukan pemerintah Suriah menguasai jalan raya utama Aleppo-ke-Damaskus yang melintasi provinsi barat laut Idlib.
![]() |
Namun media pemerintah Suriah tidak menyebutkan hal ini dan sumber-sumber pemberontak kemudian mengatakan pertempuran berlanjut di beberapa wilayah utara dekat jalan raya M-5. Jalan ini menghubungkan Aleppo dengan ibu kota Damaskus dan hingga ke Deraa yang ada di ujung selatan.
Bentrok ini sudah terjadi sebelumnya sejak awal pekan ini Senin (10/2/). Seperti dikutip dari AFP, bentrokan tersebut terjadi di Idlib, Barat Laut Suriah. Turki, yang mendukung kelompok anti Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan setidaknya lima tentaranya tewas dalam baku tembak pada Senin tersebut. Meski demikian belum diketahui berapa korban dari pihak Suriah.
Sebagai tanggapan, gerilyawan menembak jatuh helikopter militer Suriah dan bergerak maju ke kota Nairab. Kementerian Pertahanan Turki yakin wilayah itu telah ditinggalkan oleh pasukan pemerintah Suriah.
Sementara itu di pihak Suriah, para tentara Suriah mengatakan bahwa mereka tidak akan tinggal diam. Mereka mengatakan akan menanggapi serangan yang dilakukan pasukan Turki yang disebutnya bertujuan untuk menghentikan langkah pasukan ke provinsi Idlib.
![]() |
Memanasnya situasi di Idlib ini menarik perhatian Amerika Serikat (AS). Utusan AS untuk Suriah James Jeffrey dijadwalkan untuk bertemu pejabat senior Turki di Ankara pada Rabu ini. Kedutaan Besar AS di Turki mengatakan mereka akan membahas kerja sama untuk melahirkan solusi politik untuk konflik tersebut.
"Hari ini, sekutu NATO kami Turki menghadapi ancaman dari pemerintah Assad dan Rusia. Kami di sini untuk meninjau situasi dengan pemerintah Turki dan menawarkan dukungan jika memungkinkan," kata Jeffrey, yang tiba di Ankara pada Selasa malam.
Apa sebetulnya problem awal konflik ini?
Dalam perang ini, Turki didukung penuh oleh AS. Bahkan AS siap mengirimkan bantuan militer jika diperlukan, mengingat posisi Turki sebagai bagian dari NATO. Krisis di Suriah sudah terjadi sejak 2011 lalu. Sementara Suriah, didukung Rusia.
Krisis di Suriah yang sudah terjadi sejak 2011 ini ditengarai adanya teori konspirasi yaitu rencana pembangunan pipa gas.
Mengutip ANSA, kantor berita Italia, ada rencana untuk membangun jaringan pipa gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Qatar yang tersambung sampai ke Eropa. Pipa tersebut membentang melalui Arab Saudi, Kuwait, dan Irak.
Qatar adalah eksportir LNG terbesar di dunia. Pada 2018, ekspor LNG Qatar mencapai 104,8 miliar meter kubik. "Pipa sudah siap di Turki untuk menerima pasokan gas tersebut. Hanya saja ada penghalang yaitu Al-Assad.
Pada 2009, Al-Assad menolak proposal dari Qatar karena menjaga kepentingan sekutunya, Rusia," sebut Felix Imonti, pengamat energi, seperti dikutip dari ANSA.
Rusia adalah pemasok gas utama di Benua Biru. Mengutip data Eurostat, sekitar 37% pasokan gas di Uni Eropa datang dari Negeri Beruang Merah.
Qatar dan Turki yang sudah bersiap membangun jaringan gas tentu gigit jari. Oleh karena itu, Al-Assad harus disingkirkan.
Akibat konflik ini ketegangan bukan hanya terjadi antara Ankara dan Damaskus. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga tegang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kementerian Pertahanan Turki menegaskan akan menanggapi setiap serangan dengan kekuatan penuh. Erdogan juga dikabarkan mengadakan rapat khusus membahas situasi Idlib.
Sementara itu Juru Bicara lembaga kemanusiaan PBB OCHA, David Swanson mengatakan 689 ribu orang mengungsi karena kekerasan yang terus terjadi.
"Jumlah orang yang terlantar dalam krisis ini bergerak di luar kendali," katanya ditulis AFP. Di wilayah perbatasannya, Turki setidaknya sudah menampung 3,7 juta pengungsi Suriah.
(tas/tas) Next Article AS Segera Terbitkan Sanksi Ekonomi ke Turki
