
Internasional
Rusia Tuding AS Bandit, Jual Minyak Suriah Secara Ilegal
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
28 October 2019 15:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia menuding AS memanfaatkan posisinya di Suriah. AS bahkan dituding Rusia sebagai "bandit kelas internasional" karena terlibat dalam penjualan minyak ilegal di negara di Timur Tengah tersebut.
Bahkan tindakan AS yang mengerahkan militernya guna menjaga ladang-ladang minyak di Suriah bagian timur dari ISIS, dianggap sebagai kamuflase.
"Tindakan Washington saat ini... sederhananya adalah tindakan bandit negara kelas internasional," kata Menteri Pertahanan Rusia, sebagaimana dikutip Reuters akhir pekan lalu.
Dalam rilisnya, Moskow mengatakan pasukan AS dan perusahaan keamanan swasta di Suriah timur melindungi penyelundup minyak yang menghasilkan lebih dari US$ 30 juta sebulan atau sekitar Rp 420 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar Assad, sudah sejak lama menentang keberadaan AS di negara kaya minyak itu.
Sementara itu Presiden AS Donald Trump mengaku tertarik untuk membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau perusahaan energi lain guna memanfaatkan cadangan minyak Suriah.
"Apa yang ingin saya lakukan, mungkin, adalah membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau salah satu perusahaan besar kami, untuk masuk ke sana dan melakukannya dengan benar... dan menyebarkan kekayaan," katanya, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional.
Presiden Trump telah mengidentifikasi minyak Suriah sebagai prioritas keamanan nasional AS. Ia bahkan telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan untuk melindungi cadangan negara itu ketika ia menarik pasukan dari wilayah utara Suriah.
Hal senada juga dikatakan Sekretaris Pertahanan AS Mark Esper. Ia mengatakan bahwa AS akan mengirim pasukan untuk melindungi ladang minyak Suriah dari militan ISIS.
Sebelumnya, Trump menghadapi kritik pedas dari Partai Republik dan Demokrat, yang menuduh dirinya meninggalkan sekutu Amerika dengan menarik pasukan dari wilayah perbatasan Suriah-Turki. Penarikan itu membuka jalan bagi operasi militer Turki melawan Kurdi, sekutu AS dalam perang melawan ISIS.
"Minyak itu sangat berharga, apapun alasannya," kata Trump.
"[Minyak] ini memicu ISIS, nomor satu. Nomor dua, ini membantu orang-orang Kurdi, karena memang pada dasarnya diambil dari orang-orang Kurdi ... Dan, nomor tiga, itu bisa membantu kita, karena kita juga bisa mengambilnya,".
Komentar Trump disampaikan saat ia mengumumkan kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdad setelah serangan militer AS di Suriah.
Dalam konferensi pers yang diikuti, Senator AS Lindsey Graham dari South Carolina mendukung fokus Presiden Trump pada minyak Suriah, ketika seorang reporter memper tanyakan "hak hukum dalam hukum internasional" apa yang bisa diambil AS dari minyak Suriah.
"Ini adalah sumber utama pendapatan untuk waktu yang lama bagi ISIS," kata Graham.
"Sekarang berada di tangan Pasukan Demokrat Suriah, yang merupakan Kurdi Arab, kebanyakan Kurdi, menjalin kemitraan dengan Amerika Serikat. Jadi, ini tidak melanggar hukum apa pun. Dalam pandangan saya, apa yang dilakukannya hanyalah akal sehat kebijakan luar negeri."
"Ini adalah win-win," lanjutnya. "SDF akan mendapatkan lebih banyak uang jika kita bisa memodernisasi ladang minyak,".
Mantan Sekretaris Negara Presiden Trump, Rex Tillerson, adalah ketua dan CEO Exxon. Saat ini perusahaan sedang berjuang melawan gugatan hukum yang menuduhnya menyesatkan investor tentang risiko regulasi perubahan iklim terhadap bisnisnya.
Sepanjang tahun ini saham Exxon naik 1,5%, memberinya kapitalisasi pasar sebesar US$ 293 miliar.
(sef/sef) Next Article AS Segera Terbitkan Sanksi Ekonomi ke Turki
Bahkan tindakan AS yang mengerahkan militernya guna menjaga ladang-ladang minyak di Suriah bagian timur dari ISIS, dianggap sebagai kamuflase.
"Tindakan Washington saat ini... sederhananya adalah tindakan bandit negara kelas internasional," kata Menteri Pertahanan Rusia, sebagaimana dikutip Reuters akhir pekan lalu.
Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar Assad, sudah sejak lama menentang keberadaan AS di negara kaya minyak itu.
Sementara itu Presiden AS Donald Trump mengaku tertarik untuk membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau perusahaan energi lain guna memanfaatkan cadangan minyak Suriah.
"Apa yang ingin saya lakukan, mungkin, adalah membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau salah satu perusahaan besar kami, untuk masuk ke sana dan melakukannya dengan benar... dan menyebarkan kekayaan," katanya, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional.
Presiden Trump telah mengidentifikasi minyak Suriah sebagai prioritas keamanan nasional AS. Ia bahkan telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan untuk melindungi cadangan negara itu ketika ia menarik pasukan dari wilayah utara Suriah.
Hal senada juga dikatakan Sekretaris Pertahanan AS Mark Esper. Ia mengatakan bahwa AS akan mengirim pasukan untuk melindungi ladang minyak Suriah dari militan ISIS.
Sebelumnya, Trump menghadapi kritik pedas dari Partai Republik dan Demokrat, yang menuduh dirinya meninggalkan sekutu Amerika dengan menarik pasukan dari wilayah perbatasan Suriah-Turki. Penarikan itu membuka jalan bagi operasi militer Turki melawan Kurdi, sekutu AS dalam perang melawan ISIS.
"Minyak itu sangat berharga, apapun alasannya," kata Trump.
"[Minyak] ini memicu ISIS, nomor satu. Nomor dua, ini membantu orang-orang Kurdi, karena memang pada dasarnya diambil dari orang-orang Kurdi ... Dan, nomor tiga, itu bisa membantu kita, karena kita juga bisa mengambilnya,".
Komentar Trump disampaikan saat ia mengumumkan kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdad setelah serangan militer AS di Suriah.
Dalam konferensi pers yang diikuti, Senator AS Lindsey Graham dari South Carolina mendukung fokus Presiden Trump pada minyak Suriah, ketika seorang reporter memper tanyakan "hak hukum dalam hukum internasional" apa yang bisa diambil AS dari minyak Suriah.
"Ini adalah sumber utama pendapatan untuk waktu yang lama bagi ISIS," kata Graham.
"Sekarang berada di tangan Pasukan Demokrat Suriah, yang merupakan Kurdi Arab, kebanyakan Kurdi, menjalin kemitraan dengan Amerika Serikat. Jadi, ini tidak melanggar hukum apa pun. Dalam pandangan saya, apa yang dilakukannya hanyalah akal sehat kebijakan luar negeri."
"Ini adalah win-win," lanjutnya. "SDF akan mendapatkan lebih banyak uang jika kita bisa memodernisasi ladang minyak,".
Mantan Sekretaris Negara Presiden Trump, Rex Tillerson, adalah ketua dan CEO Exxon. Saat ini perusahaan sedang berjuang melawan gugatan hukum yang menuduhnya menyesatkan investor tentang risiko regulasi perubahan iklim terhadap bisnisnya.
Sepanjang tahun ini saham Exxon naik 1,5%, memberinya kapitalisasi pasar sebesar US$ 293 miliar.
(sef/sef) Next Article AS Segera Terbitkan Sanksi Ekonomi ke Turki
Most Popular