
Belanja Kereta, PT KAI Siap Rilis Obligasi Rp 2 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 October 2019 15:52

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI segera melakukan penawaran awal untuk obligasi II/2019 senilai Rp 2 triliun dalam 1-2 pekan ke depan, dengan tujuan penerbitan efek untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan membeli kereta baru.
(irv/tas) Next Article Rilis Obligasi Rp 2 T, KAI Tawarkan Kupon 7,75%-8,20%
"Rencana awalnya akan mulai paparan publik [dan mulai ditawarkan kepada publik mulai] pekan ini atau pekan depan," ujar Didiek Hartyanto, Direktur Keuangan KAIĀ ketika dihubungi siang ini, Senin (28/10/19).
Dalam penawaran tersebut, dia mengatakan perseroan menunjuk penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) yang sama dengan penerbitan obligasi sebelumnya pada 2017, yang terdiri dari PT Mandiri Sekuritas sebagai kordinator yang dibantu beberapa sekuritas. Sekuritas tersebut terdiri dari PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, dan PT Danareksa Sekuritas.
Dia menambahkan laporan keuangan yang akan digunakan KAI dalam proses penawaran obligasi itu adalah Juni 2019, sehingga pencatatannya dapat dilakukan hingga akhir tahun ini.
Dalam pernyataan pendaftaran rencana penawaran umum efek, baik efek utang maupun efek ekuitas, digunakan laporan keuangan dengan batas maksimal berlaku 6 bulan.
Mirip dengan penerbitan efek utang perseroan 2 tahun lalu, Didiek menambahkan bahwa perseroan juga berencana menerbitkan obligasinya dalam 2 tenor, yaitu tenor 5 tahun dan tenor 7 tahun. Meskipun demikian, dia menyerahkan mekanisme pasar jika ada tenor menarik lainnya yang siap diserap investor.
Mayoritas dana dari penerbitan efek tersebut atau senilai Rp 1,2 triliun, lanjutnya, akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) utang perseroan lainnya dan sisanya akan digunakan untuk pembelian sarana, dalam hal ini kereta baru. "Mayoritas [kereta yang diganti] adalah sarana yang sudah berumur lebih dari 30 tahun."
Laporan keuangan KAI per Juni 2019 menunjukkan terdapat utang terhadap PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 900 miliar yang akan jatuh tempo pada 14 Juni 2020 dan dari PT HSBC Indonesia senilai Rp 1,4 triliun.
Pinjaman lain KAI ada juga yang berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 50,87 miliar yang jatuh tempo pada Juli 2019 dengan bunga 9,5% per tahun. Pinjaman tersebut ditarik oleh salah satu anak usaha KAI yaitu PT KA Logistik (Kalog).
Kredit bank lain yang masih menjadi beban perusahaan adalah pinjaman dari PT BNI Syariah senilai Rp 80,87 miliar dan dari BBRI senilai Rp 17,32 miliar. Kedua kredit itu ditarik oleh anak usaha KAI di bidang restoran kereta api yaitu PT Reksa Multi Usaha.
Dalam penerbitan surat utang sebelumnya, obligasi KAI I/2017 Rp 2 triliun terdiri dari seri A bertenor 5 tahun dengan kupon 7,75% senilai Rp 1 triliun dan seri B bertenor 7 tahun dengan kupon 8,25% senilai Rp 1 triliun. Masing-masing seri obligasi yang memiliki peringkat idAAA tersebut akan jatuh tempo pada 2022 dan 2024.
Ke depannya, Didiek mengatakan KAI siap memanfaatkan mekanisme penerbitan berkelanjutan (shelf registration) untuk penerbitan obligasi selanjutnya.
Penerbitan shelf registration dimungkinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi perusahaan yang pernah menerbitkan obligasi 2 tahun lalu dan belum pernah gagal bayar.
Per Juni, perusahaan yang dipimpin Edi Sukmoro tersebut mencatatkan aset Rp 41,26 triliun yang terdiri dari kewajiban jangka pendek Rp 8,74 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 13,42 triliun, serta ekuitas Rp 19,1 triliun.
Pendapatan perseroan tercatat Rp 12,13 triliun dan laba atribusi induk Rp 1,23 triliun. Pendapatan KAI pada periode itu terdiri dari pendapatan angkutan-pendapatan lain Rp 10,7 triliun dan pendapatan konstruksi Rp 1,43 triliun.
KAIĀ adalah BUMN operator jasa transportasi perkretaapian yang memiliki tugas mengoptimalkan sumber daya, di mana 100% saham perusahaan dimiliki oleh pemerintah. Per Oktober 2018, modal disetor perseroan bertambah dari Rp 8,66 triliun menjadi Rp 12,26 triliun.
Selain Reska dan Kalog, KAI memiliki empat anak usaha lain yaitu PT Railink, PT Kereta Commuter Indonesia yang mengoperasikan KRL, PT KA Properti Manajemen, dan PT KA Pariwisata.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Dalam penawaran tersebut, dia mengatakan perseroan menunjuk penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) yang sama dengan penerbitan obligasi sebelumnya pada 2017, yang terdiri dari PT Mandiri Sekuritas sebagai kordinator yang dibantu beberapa sekuritas. Sekuritas tersebut terdiri dari PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, dan PT Danareksa Sekuritas.
Dia menambahkan laporan keuangan yang akan digunakan KAI dalam proses penawaran obligasi itu adalah Juni 2019, sehingga pencatatannya dapat dilakukan hingga akhir tahun ini.
Dalam pernyataan pendaftaran rencana penawaran umum efek, baik efek utang maupun efek ekuitas, digunakan laporan keuangan dengan batas maksimal berlaku 6 bulan.
Mirip dengan penerbitan efek utang perseroan 2 tahun lalu, Didiek menambahkan bahwa perseroan juga berencana menerbitkan obligasinya dalam 2 tenor, yaitu tenor 5 tahun dan tenor 7 tahun. Meskipun demikian, dia menyerahkan mekanisme pasar jika ada tenor menarik lainnya yang siap diserap investor.
Mayoritas dana dari penerbitan efek tersebut atau senilai Rp 1,2 triliun, lanjutnya, akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) utang perseroan lainnya dan sisanya akan digunakan untuk pembelian sarana, dalam hal ini kereta baru. "Mayoritas [kereta yang diganti] adalah sarana yang sudah berumur lebih dari 30 tahun."
Laporan keuangan KAI per Juni 2019 menunjukkan terdapat utang terhadap PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 900 miliar yang akan jatuh tempo pada 14 Juni 2020 dan dari PT HSBC Indonesia senilai Rp 1,4 triliun.
Pinjaman lain KAI ada juga yang berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 50,87 miliar yang jatuh tempo pada Juli 2019 dengan bunga 9,5% per tahun. Pinjaman tersebut ditarik oleh salah satu anak usaha KAI yaitu PT KA Logistik (Kalog).
![]() |
Kredit bank lain yang masih menjadi beban perusahaan adalah pinjaman dari PT BNI Syariah senilai Rp 80,87 miliar dan dari BBRI senilai Rp 17,32 miliar. Kedua kredit itu ditarik oleh anak usaha KAI di bidang restoran kereta api yaitu PT Reksa Multi Usaha.
Dalam penerbitan surat utang sebelumnya, obligasi KAI I/2017 Rp 2 triliun terdiri dari seri A bertenor 5 tahun dengan kupon 7,75% senilai Rp 1 triliun dan seri B bertenor 7 tahun dengan kupon 8,25% senilai Rp 1 triliun. Masing-masing seri obligasi yang memiliki peringkat idAAA tersebut akan jatuh tempo pada 2022 dan 2024.
Ke depannya, Didiek mengatakan KAI siap memanfaatkan mekanisme penerbitan berkelanjutan (shelf registration) untuk penerbitan obligasi selanjutnya.
Penerbitan shelf registration dimungkinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi perusahaan yang pernah menerbitkan obligasi 2 tahun lalu dan belum pernah gagal bayar.
Per Juni, perusahaan yang dipimpin Edi Sukmoro tersebut mencatatkan aset Rp 41,26 triliun yang terdiri dari kewajiban jangka pendek Rp 8,74 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 13,42 triliun, serta ekuitas Rp 19,1 triliun.
Pendapatan perseroan tercatat Rp 12,13 triliun dan laba atribusi induk Rp 1,23 triliun. Pendapatan KAI pada periode itu terdiri dari pendapatan angkutan-pendapatan lain Rp 10,7 triliun dan pendapatan konstruksi Rp 1,43 triliun.
KAIĀ adalah BUMN operator jasa transportasi perkretaapian yang memiliki tugas mengoptimalkan sumber daya, di mana 100% saham perusahaan dimiliki oleh pemerintah. Per Oktober 2018, modal disetor perseroan bertambah dari Rp 8,66 triliun menjadi Rp 12,26 triliun.
Selain Reska dan Kalog, KAI memiliki empat anak usaha lain yaitu PT Railink, PT Kereta Commuter Indonesia yang mengoperasikan KRL, PT KA Properti Manajemen, dan PT KA Pariwisata.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Rilis Obligasi Rp 2 T, KAI Tawarkan Kupon 7,75%-8,20%
Most Popular