
Jangan Lama-lama Bangun Kilang, Nanti Kebalap Mobil Listrik!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 February 2020 12:28

Masalahnya, membangun kilang butuh waktu yang tidak sebentar. Kalau baru dimulai dari sekarang, membangun kilang baru mungkin baru selesai lebih dari lima tahun lagi.
Ini memunculkan dilema. Pasalnya, bisa jadi nanti begitu kilang kelar dibangun produknya tidak terpakai.
Saat ini produk kilang paling banyak adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Mungkin saja lebih dari lima tahun lagi BBM sudah tidak laku karena tren di masyarakat sudah beralih ke mobil listrik.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produk yang paling banyak keluar dari kilang adalah bahan bakar diesel alias solar. Pada 2018, produksi solar dari kilang nasional adalah 139,78 juta barel dari total produksi kilang yaitu 278,14 juta barel.
Sementara Indonesia masih sibuk dengan urusan kilang yang bakal memproduksi BBM, mobil listrik semakin mendapat tempat di hati konsumen. Mengutip kajian McKinsey, penjualan mobil listrik global pada 2018 sudah mencapai 2,1 juta unit. Selama periode 2014-2018, rata-rata pertumbuhan penjualan mobil listrik mencapai hampir 60% per tahun.
Berbanding terbalik dengan mobil listrik, penjualan mobil berbahan bakar fosil justru dalam tren turun. Mengutip catatan Fitch, penjualan mobil secara global pada 2018 adalah 80,6 juta unit, turun 1,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2019, Fitch memperkirakan penjualan mobil turun lagi menjadi 77,5 juta unit.
"Kepedulian terhadap lingkungan terkait penggunaan BBM dan maraknya transportasi online menjadi beban bagi pertumbuhan penjualan mobil. Untuk 2020, kami melihat pertumbuhan cenderung stabil, belum ada perbaikan yang signifikan," kata Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch, seperti dikutip dari CNBC International.
Saat ini, lebih dari 90% penjualan mobil masih yang menggunakan BBM. Namun ke depan, minat terhadap mobil listrik diperkirakan terus bertambah. International Energy Agency (IEA) memprediksi mobil listrik akan menguasai 30% pangsa pasar pada 2030.
Oleh karena itu, Indonesia memang harus segera mempercepat pembangunan kilang. Jangan sampai terlambat lagi, karena kali ini kalau telat konsekuensinya besar.
Jika kilang baru berdiri dan beroperasi setelah tren mobil berbahan baku BBM sudah berlalu, itu namanya celaka dua belas. Mau dikemanakan itu produk hasil kilang? Investasi ratusan triliun rupiah pun terbuang sia-sia...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gus)
Ini memunculkan dilema. Pasalnya, bisa jadi nanti begitu kilang kelar dibangun produknya tidak terpakai.
Saat ini produk kilang paling banyak adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Mungkin saja lebih dari lima tahun lagi BBM sudah tidak laku karena tren di masyarakat sudah beralih ke mobil listrik.
![]() |
Sementara Indonesia masih sibuk dengan urusan kilang yang bakal memproduksi BBM, mobil listrik semakin mendapat tempat di hati konsumen. Mengutip kajian McKinsey, penjualan mobil listrik global pada 2018 sudah mencapai 2,1 juta unit. Selama periode 2014-2018, rata-rata pertumbuhan penjualan mobil listrik mencapai hampir 60% per tahun.
![]() |
Berbanding terbalik dengan mobil listrik, penjualan mobil berbahan bakar fosil justru dalam tren turun. Mengutip catatan Fitch, penjualan mobil secara global pada 2018 adalah 80,6 juta unit, turun 1,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2019, Fitch memperkirakan penjualan mobil turun lagi menjadi 77,5 juta unit.
![]() |
"Kepedulian terhadap lingkungan terkait penggunaan BBM dan maraknya transportasi online menjadi beban bagi pertumbuhan penjualan mobil. Untuk 2020, kami melihat pertumbuhan cenderung stabil, belum ada perbaikan yang signifikan," kata Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch, seperti dikutip dari CNBC International.
Saat ini, lebih dari 90% penjualan mobil masih yang menggunakan BBM. Namun ke depan, minat terhadap mobil listrik diperkirakan terus bertambah. International Energy Agency (IEA) memprediksi mobil listrik akan menguasai 30% pangsa pasar pada 2030.
Oleh karena itu, Indonesia memang harus segera mempercepat pembangunan kilang. Jangan sampai terlambat lagi, karena kali ini kalau telat konsekuensinya besar.
Jika kilang baru berdiri dan beroperasi setelah tren mobil berbahan baku BBM sudah berlalu, itu namanya celaka dua belas. Mau dikemanakan itu produk hasil kilang? Investasi ratusan triliun rupiah pun terbuang sia-sia...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gus)
Pages
Most Popular