
Ada Mobil Listrik, Bagaimana Nasib Kilang Rp 800 T Pertamina?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
12 February 2020 11:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan pentingnya mengantisipasi perubahan bisnis energi. Rencana Pertamina membangun kilang minyak sempat disentil.
Dia menjelaskan, Pertamina diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun kilang minyak sebagai solusi mengurangi impor BBM. Dikatakan bahwa impor BBM yang mencapai 16,7 juta KL per tahun, menjadi biang kerok membengkaknya defisit transaksi berjalan (CAD).
"Pertanyaan saya ke teman-teman di Pertamina adalah, kalau melihat sejarah Pertamina sebagai perusahaan energi, kita lihat sejarah peradaban pertumbuhan energi. Energi itu mengalami juga infleksi point," ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/20).
Dia menjelaskan, di tahun 1.700-1.800-an, sistem energi dunia semula hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar yang terbatas kegunaannya, terutama demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Dalam perjalannya, sistem tersebut berubah ketika ada penemuan motor bakar yang bisa merubah energi jadi gerak.
"Itu membangkitkan revolusi industri, merubah secara masif industri transportasi di dunia. Orang yang tadinya naik kuda bisa naik mobil, orang yang tadinya lari bisa naik KA, orang yang tadinya jalan kaki bisa terbang. Karena ada transisi sistem energi yang namanya motor bakar yang mengubah energi jadi gerak," ujarnya.
Dengan begitu, dia menyebut, bisa jadi kelak akan terjadi perubahan lagi. Budi Gunadi Sadikin mengingatkan tren kendaraan ramah lingkungan yang tak lagi memakai bahan bakar bensin.
Memang Pertamina masih menjadi BUMN dengan pemegang revenue terbesar. Ia menyebut, hal ini disebabkan 60% porsi tersebut dihasilkan dari menjual bahan bakar seperti Pertamax atau Premium. Namun kini bahan bakar itu mulai mendapatkan ujian seiring hadirnya mobil listrik.
"Karena di China dan Eropa, karena ada tekanan sisi lingkungan, terjadi transisi itu, teramati infleksi itu. Mulai terasa peradaban anak muda dunia berubah, yang tadinya seneng pakai mobil CC tinggi bensinnya boros, berubah jadi mobil kecil yang pakai listrik karena ramah lingkungan," ujarnya.
Lantas bagaimana nasib kilang-kilang baru Pertamina nantinya?
(gus/gus) Next Article Arab Obral Harga Minyak, RI Mau Borong tapi Tangki Tak Cukup
Dia menjelaskan, Pertamina diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun kilang minyak sebagai solusi mengurangi impor BBM. Dikatakan bahwa impor BBM yang mencapai 16,7 juta KL per tahun, menjadi biang kerok membengkaknya defisit transaksi berjalan (CAD).
"Pertanyaan saya ke teman-teman di Pertamina adalah, kalau melihat sejarah Pertamina sebagai perusahaan energi, kita lihat sejarah peradaban pertumbuhan energi. Energi itu mengalami juga infleksi point," ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/20).
Dia menjelaskan, di tahun 1.700-1.800-an, sistem energi dunia semula hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar yang terbatas kegunaannya, terutama demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Dalam perjalannya, sistem tersebut berubah ketika ada penemuan motor bakar yang bisa merubah energi jadi gerak.
"Itu membangkitkan revolusi industri, merubah secara masif industri transportasi di dunia. Orang yang tadinya naik kuda bisa naik mobil, orang yang tadinya lari bisa naik KA, orang yang tadinya jalan kaki bisa terbang. Karena ada transisi sistem energi yang namanya motor bakar yang mengubah energi jadi gerak," ujarnya.
Dengan begitu, dia menyebut, bisa jadi kelak akan terjadi perubahan lagi. Budi Gunadi Sadikin mengingatkan tren kendaraan ramah lingkungan yang tak lagi memakai bahan bakar bensin.
Memang Pertamina masih menjadi BUMN dengan pemegang revenue terbesar. Ia menyebut, hal ini disebabkan 60% porsi tersebut dihasilkan dari menjual bahan bakar seperti Pertamax atau Premium. Namun kini bahan bakar itu mulai mendapatkan ujian seiring hadirnya mobil listrik.
"Karena di China dan Eropa, karena ada tekanan sisi lingkungan, terjadi transisi itu, teramati infleksi itu. Mulai terasa peradaban anak muda dunia berubah, yang tadinya seneng pakai mobil CC tinggi bensinnya boros, berubah jadi mobil kecil yang pakai listrik karena ramah lingkungan," ujarnya.
Lantas bagaimana nasib kilang-kilang baru Pertamina nantinya?
(gus/gus) Next Article Arab Obral Harga Minyak, RI Mau Borong tapi Tangki Tak Cukup
Most Popular