Fakta Terbaru Ekonomi RI Loyo: Penjualan Ritel Desember Turun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2020 11:45
Fakta Terbaru Ekonomi RI Loyo: Penjualan Ritel Desember Turun
Foto: Pohon Natal Setinggi 38 Meter. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar kurang enak datang dari Bank Indonesia (BI). Penjualan ritel pada Desember 2019 mengalami penurunan, padahal kala itu konsumsi masyarakat harusnya sedang tinggi seiring perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.

Pada Desember 2019, penjualan ritel turun 0,5% year-on-year (YoY). Ini adalah catatan terendah sejak Juni 2019.

Kalau melihat Desember saja, hampir tidak pernah penjualan ritel terkontraksi (tumbuh negatif). Sejak 2004, kontraksi penjualan ritel hanya terjadi pada 2005, 2008, dan 2019.




Penurunan penjualan pada Desember 2019 ritel disebabkan kontraksi (pertumbuhan negatif) di kelompok barang budaya dan rekreasi (-19,6%) serta peralatan informasi dan komunikasi (-7%). Sedangkan yang masih tumbuh adalah di kelompok suku cadang dan aksesori (15,7%) serta perlengkapan rumah tangga lainnya (4,9%).

Pada kuartal IV-2019, pertumbuhan penjualan ritel tercatat 1,52%, sedikit lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 1,4%. Namun lumayan jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang membukukan pertumbuhan 4,73%.

Penjualan ritel Desember menutup lembaran kelam 2019 yang suram. Data ini memberi konfirmasi bagaimana perlambatan ekonomi sudah terasa di level rumah tangga.


Pada kuartal IV-2019 konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,97%. Ini menjadi laju terlemah sejak kuartal I-2018, dan kali pertama konsumsi tumbuh di bawah 5% sejak kuartal II-2018.




Konsumsi rumah tangga terimbas perlambatan yang dialami ekspor dan investasi. Pada kuartal IV-2019, ekspor terkontraksi 0,39% sementara investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 4,06%.

Indonesia tidak bisa mengelak dari perekonomian global yang penuh guncangan. Perang dagang, utamanya Amerika Serikat (AS) vs China, menjadi isu utama. Saling hambat dalam perdagangan yang dilakukan oleh dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi ini membuat ekspor dan investasi tertekan.


Ekspor dan investasi yang bermasalah tentu menyebabkan tekanan di pasar tenaga kerja. Pada Agustus 2019, tingkat partisipasi angkatan kerja adalah 67,49%. Hanya naik 0,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laju yang relatif minim.



Perlambatan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja sudah pasti memperlambat laju konsumsi. Konsumsi melemah, penjualan ritel pun terkontraksi. Sayang sekali...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular