
Babak Belur! ESDM Buka-bukaan Beratnya Subsidi LPG 3 KG
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 January 2020 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sempat melontarkan rencana penyaluran subsidi gas melon dengan skema tertutup. Bahkan direncanakan akan diberlakukan pada pertengahan tahun ini. Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Alimuddin Baso memastikan tidak akan pencabutan subsidi LPG.
Dirinya menyebut dari sisi volume konsumsi LPG 3 kg terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2016 - 2017 meningkat 4,8%, tahun 2017-2018 meningkat 3,8%, lalu 2018 - 2019 meingkat 4,8%. "Kondisi saat ini, kalau kita lihat perkembangan volume LPG 3 kg meningkat dari tahun ke tahun. Artinya beban negara dari sisi pembiayaan subsidi tingggi," ungkapnya, Kamis, (30/01/2020).
Alimudin menyebut harus ada kebijakan yang jelas untuk menekan subsidi. Meski demikian pihaknya memastikan rakyat yang berhak akan tetap mendapatkan subsidi. "Pemerintah tentu dibebani biaya subsidi Rp 5 ribu sekian per kg. Makin banyak volume yang dikonsumsi banyak beban negara," imbuhnya.
Pihaknya berharap agar ke depan subsidi gas melon bisa lebih tepat sasaran. Alimudin memastikan saat ini belum ada rencana pencabutan subsidi gas 3 kg. "Kita sudah rapat kerja kesimpulan tidak ada pengalihan subsidi yang menyebabkan pengalihan harga. Karena itu saya sampaikan 3 kg tetap," tegasnya.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan rencana penyaluran subsidi tertutup karena kepanikan pemerintah. Menurutnya karena pajak tidak tecapai maka harus ada pos-pos yang perlu dihemat.
"Kepanikan ini karena perencanaan pemerintah jangka panjang tidak dilakukan. Defisit migas ini bukan barang baru, setelah exit OPEC sejak 2000an defisit," ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, jika pemerintah memang betul-betul mau mengambil kebijakan untuk salurkan subsidi tertutup harus dipersiapkan dengan matang. Karena jika berkaca dari negara maju, negara memberikan jaminan subsidi kepada masyarakat yang tidak memiliki daya beli.
"Seperti air, orang akan membeli barang yang lebih murah, semestinya barang itu harganya satu. Kalau gas 3 kg satu harga orang yang nggak berhak nggak bisa akses," terangnya.
Meski demikian, Komaidi menyebut skema tertutup yang sempat direncanakan ini bagus, namun harus diiringi dengan data base yang tepat. "Tujuan bagus tapi niat bagus harus dilakukan dengan koordinasi dengan baik," ungkapnya.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menyebut karena kepanikan masyarakat soal rencana subsidi tertutup LPG, menyebabkan di beberapa wilayah sudah naik sampai Rp 35.000. Dirinya meminta agar pemerintah mengkaji dengan matang dahulu dan jangan mewacanakan ke masyarakat. "Ini panik buying dan menaikkan harga," terangnya.
(gus) Next Article Langsung Transfer, Ini Skema Subsidi LPG yang Disiapkan ESDM
Dirinya menyebut dari sisi volume konsumsi LPG 3 kg terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2016 - 2017 meningkat 4,8%, tahun 2017-2018 meningkat 3,8%, lalu 2018 - 2019 meingkat 4,8%. "Kondisi saat ini, kalau kita lihat perkembangan volume LPG 3 kg meningkat dari tahun ke tahun. Artinya beban negara dari sisi pembiayaan subsidi tingggi," ungkapnya, Kamis, (30/01/2020).
Alimudin menyebut harus ada kebijakan yang jelas untuk menekan subsidi. Meski demikian pihaknya memastikan rakyat yang berhak akan tetap mendapatkan subsidi. "Pemerintah tentu dibebani biaya subsidi Rp 5 ribu sekian per kg. Makin banyak volume yang dikonsumsi banyak beban negara," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan rencana penyaluran subsidi tertutup karena kepanikan pemerintah. Menurutnya karena pajak tidak tecapai maka harus ada pos-pos yang perlu dihemat.
"Kepanikan ini karena perencanaan pemerintah jangka panjang tidak dilakukan. Defisit migas ini bukan barang baru, setelah exit OPEC sejak 2000an defisit," ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, jika pemerintah memang betul-betul mau mengambil kebijakan untuk salurkan subsidi tertutup harus dipersiapkan dengan matang. Karena jika berkaca dari negara maju, negara memberikan jaminan subsidi kepada masyarakat yang tidak memiliki daya beli.
"Seperti air, orang akan membeli barang yang lebih murah, semestinya barang itu harganya satu. Kalau gas 3 kg satu harga orang yang nggak berhak nggak bisa akses," terangnya.
Meski demikian, Komaidi menyebut skema tertutup yang sempat direncanakan ini bagus, namun harus diiringi dengan data base yang tepat. "Tujuan bagus tapi niat bagus harus dilakukan dengan koordinasi dengan baik," ungkapnya.
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menyebut karena kepanikan masyarakat soal rencana subsidi tertutup LPG, menyebabkan di beberapa wilayah sudah naik sampai Rp 35.000. Dirinya meminta agar pemerintah mengkaji dengan matang dahulu dan jangan mewacanakan ke masyarakat. "Ini panik buying dan menaikkan harga," terangnya.
![]() |
(gus) Next Article Langsung Transfer, Ini Skema Subsidi LPG yang Disiapkan ESDM
Most Popular