
ESDM Pusing, Chevron-Pertamina Mentok Soal Blok Raksasa RI!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 January 2020 13:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib Blok Rokan yang jadi salah satu tulang punggung lifting minyak RI makin memprihatinkan. Produksinya terus merosot, di sisi lain tak ada pengeboran sampai saat ini karena masih ada kemelut transisi kontraktor.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas dari Ego Syahrial mengatakan pihaknya terus mendorong agar kedua belah pihak terus mencari kesesuaian.
"Posisi pemerintah adalah mendorong agar tidak terjadi adanya penurunan produksi itu posisi pemerintah. Ya terus mempertemukan kedua belah pihak," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Senin malam, (28/01/2020).
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sempat menyampaikan ke awak media terkait rencana membeli hak partisipasi Chevron di Blok Rokan. Namun menurut Ego, Pertamina tidak perlu membeli hak partisipasi Chevron Pasific Indonesia (CPI) untuk melakukan kegiatan pengeboran.
"Enggak (beli beli hak partisipasi). Pokoknya ginilah pemerintah itu tugasnya adalah mempertemukan dua badan usaha ini sehinga usaha-usaha positif untuk menjaga penurunan agar bisa dicapai ini masih proses terus," imbuhnya.
External Affair Adviser Chevron Asia Pacific Cameron Van Ast mengatakan CPI terus bekerjasama dengan SKK Migas dan Pertamina untuk memastikan transisi kontrak bagi hasil (PSC) blok Rokan. Agar aman dan lancar ke operator baru. Dalam setiap transisi menurutnya ada sejumlah hal yang dibahas, sayangnya kebijkan pihak Chevron tidak bisa menyanpaikan secara rinci.
"Seperti halnya setiap transisi, ada sejumlah hal yang sedang dibahas selama keterlibatan ini, termasuk opsi untuk membantu negara mengoptimalkan produksi dari aset strategis ini. Namun, sesuai kebijakan lama kami, kami tidak membahas perincian perjanjian ini," ungkapnya pada CNBC Indonesia, Senin, (28/01/2020).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menerangkan dalam rangka menjaga produksi perlu transisi yang smooth, sehingga pengeboran dan sebagainya bisa tetap berjalan. "Kondisinya bahwa Pertamina kan sudah menang tender dan Pertamina sudah ditetapkan sebagai pemilik Rokan Field dan operator per Agustus 2021," ungkapnya pada CNBC Indonesia.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat ini tengah dilakukan negosiasi, terkait mekanisme dan lain-lain untuk transisi. Di mana di dalamnya juga dibahas mengenai pengeboran. Menurutnya komunikasi intens terus dilakukan dengan Chevron Pacific Indonesia.
"Rencana pengeboran kalo bisa kira-kira 20 sumur untuk menjaga natural declining. Uang investasinya sudah kami siapkan," imbuhnya.
Sebelumnya, Presiden Director Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak menjelaskan saat ini tengah terjadi proses transisi di blok minyak yang dikuasai kontraktor Amerika itu hampir selama satu abad itu. Mulai 8 Agustus 2021 nanti, Pertamina yang akan mengelola blok Rokan menggantikan Chevron.
"Kami sudah mulai melakukan proses alih kelola sejak awal tahun lalu di bawah koordinasi SKK Migas dengan bentuk tim koordinasi, proses ini sudah berjalan dengan baik kami punya jadwal sudah terpenuhi," jelasnya, Senin, (20/01/2020).
Selama proses transisi ini, Albert mengakui Chevron tak melakukan pengeboran karena dinilai tidak ekonomis. "Terakhir kami bor tahun 2018 sebanyak 89 sumur, 2019 kami fokus lakukan workover dengan gunakan digital teknologi yaitu memilih kandidat-kandidat sumur yang dikerjakan dan meminimalisir downtime kita," jelasnya.
(gus) Next Article DPR Minta Pertamina Buru-buru 'Halalkan' Blok Rokan
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Migas dari Ego Syahrial mengatakan pihaknya terus mendorong agar kedua belah pihak terus mencari kesesuaian.
"Posisi pemerintah adalah mendorong agar tidak terjadi adanya penurunan produksi itu posisi pemerintah. Ya terus mempertemukan kedua belah pihak," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Senin malam, (28/01/2020).
"Enggak (beli beli hak partisipasi). Pokoknya ginilah pemerintah itu tugasnya adalah mempertemukan dua badan usaha ini sehinga usaha-usaha positif untuk menjaga penurunan agar bisa dicapai ini masih proses terus," imbuhnya.
External Affair Adviser Chevron Asia Pacific Cameron Van Ast mengatakan CPI terus bekerjasama dengan SKK Migas dan Pertamina untuk memastikan transisi kontrak bagi hasil (PSC) blok Rokan. Agar aman dan lancar ke operator baru. Dalam setiap transisi menurutnya ada sejumlah hal yang dibahas, sayangnya kebijkan pihak Chevron tidak bisa menyanpaikan secara rinci.
"Seperti halnya setiap transisi, ada sejumlah hal yang sedang dibahas selama keterlibatan ini, termasuk opsi untuk membantu negara mengoptimalkan produksi dari aset strategis ini. Namun, sesuai kebijakan lama kami, kami tidak membahas perincian perjanjian ini," ungkapnya pada CNBC Indonesia, Senin, (28/01/2020).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menerangkan dalam rangka menjaga produksi perlu transisi yang smooth, sehingga pengeboran dan sebagainya bisa tetap berjalan. "Kondisinya bahwa Pertamina kan sudah menang tender dan Pertamina sudah ditetapkan sebagai pemilik Rokan Field dan operator per Agustus 2021," ungkapnya pada CNBC Indonesia.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat ini tengah dilakukan negosiasi, terkait mekanisme dan lain-lain untuk transisi. Di mana di dalamnya juga dibahas mengenai pengeboran. Menurutnya komunikasi intens terus dilakukan dengan Chevron Pacific Indonesia.
"Rencana pengeboran kalo bisa kira-kira 20 sumur untuk menjaga natural declining. Uang investasinya sudah kami siapkan," imbuhnya.
Sebelumnya, Presiden Director Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak menjelaskan saat ini tengah terjadi proses transisi di blok minyak yang dikuasai kontraktor Amerika itu hampir selama satu abad itu. Mulai 8 Agustus 2021 nanti, Pertamina yang akan mengelola blok Rokan menggantikan Chevron.
"Kami sudah mulai melakukan proses alih kelola sejak awal tahun lalu di bawah koordinasi SKK Migas dengan bentuk tim koordinasi, proses ini sudah berjalan dengan baik kami punya jadwal sudah terpenuhi," jelasnya, Senin, (20/01/2020).
Selama proses transisi ini, Albert mengakui Chevron tak melakukan pengeboran karena dinilai tidak ekonomis. "Terakhir kami bor tahun 2018 sebanyak 89 sumur, 2019 kami fokus lakukan workover dengan gunakan digital teknologi yaitu memilih kandidat-kandidat sumur yang dikerjakan dan meminimalisir downtime kita," jelasnya.
![]() |
(gus) Next Article DPR Minta Pertamina Buru-buru 'Halalkan' Blok Rokan
Most Popular