Internasional

Pesawat Ukraina Jatuh Dirudal Iran, Ada Sabotase AS & Israel?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 January 2020 13:47
Mantan spesialis CIA menilai Iran bukan satu-satunya negara yang patut disalahkan atas tragedi jatuhnya pesawat Boeing milik Ukraine Airlines.
Foto: Kecelakaan Psawat Ukraina di Iran (AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan spesialis anti-terorisme CIA Philip M. Giraldi menilai Iran bukan satu-satunya negara yang patut disalahkan atas tragedi jatuhnya pesawat Boeing milik Ukraine International Airlines, 8 Januari lalu.

Ia bahkan menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel terlibat serangan itu. Di mana keduanya, kata dia, menyabotase serangan rudal yang ditujukan Iran untuk membalas serangan AS 3 Januari lalu.

Dalam tulisan itu, Giraldi membeberkan beberapa alasan. Pertama adalah laporan yang menyebut bahwa operator rudal Iran yang bertugas saat itu mengalami gangguan yang cukup besar.

Di mana transponder pesawat mati dan berhenti melakukan transmisi beberapa menit sebelum rudal diluncurkan. Selain itu, ada juga masalah dengan jaringan komunikasi komando pertahanan udara.

"Gangguan elektronik yang berasal dari sumber yang tidak diketahui berarti bahwa sistem pertahanan udara dilakukan dalam mode operasi manual, bergantung pada intervensi manusia untuk diluncurkan," tulisnya di American Herald Tribune.

"Peran manusia berarti bahwa seorang operator harus membuat keputusan cepat dalam situasi tekanan di mana ia hanya punya waktu untuk bereaksi."

"Matinya transponder, yang secara otomatis mengisyaratkan kepada operator dan elektronik Tor bahwa pesawat (yang menjadi target) itu adalah pesawat sipil, malah secara otomatis mengindikasikan bahwa pesawat itu milik musuh."

"Operator, yang telah diberi pengarahan khusus tentang kemungkinan rudal jelajah Amerika yang masuk, kemudian menembak."

Giraldi juga mencoba menjelaskan tentang sistem rudal yang menembak pesawat Ukraina itu. Ia berujar dua rudal yang menjatuhkan pesawat berasal dari sistem buatan Rusia yang dijuluki SA-15 oleh NATO dan disebut Tor oleh Rusia.

Pesawat Ukraina Jatuh Dirudal Iran, Ada Sabotase AS & Israel?Foto: Philip M. Giraldi. (dok: Mirror Herald)


Delapan misilnya biasanya dipasang pada kendaraan yang dilacak. Sistem itu, disebut Giraldi, mencakup radar untuk mendeteksi dan melacak target serta sistem peluncuran independen, yang mencakup fungsionalitas sistem Identification Friend atau Foe (IFF) , yang mampu membaca tanda panggilan dan sinyal transponder untuk mencegah kecelakaan.

"Mengingat apa yang terjadi pada pagi hari di Teheran, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa sesuatu atau seseorang dengan sengaja mengganggu pertahanan udara Iran dan transponder di pesawat, mungkin sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan kecelakaan penerbangan yang akan dikaitkan dengan pemerintah Iran," jelas mantan perwira intelijen militer itu.

"Sistem pertahanan SA-15 Tor yang digunakan oleh Iran memiliki satu kerentanan utama. Itu bisa diretas atau "dipalsukan", memungkinkan penyusup untuk menyamar sebagai pengguna yang sah dan mengambil kendali."

Giraldi juga menyebut, Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS telah mengembangkan teknologi yang dapat membodohi sistem radar musuh dengan target yang salah dan mengelabui.

Hal itu semakin membuat pria yang juga menjadi Direktur Eksekutif di sebuah lembaga advokasi kepentingan AS di Timur Tengah itu yakin bahwa AS adalah dalang di balik penembakan Boeing Ukraina.

Sebelumnya, media Inggris The Guardian juga pernah melaporkan secara independen bahwa militer Amerika Serikat telah lama mengembangkan sistem yang dapat mengubah elektronik dan penargetan rudal yang tersedia di Iran dari jarak jauh.

"Teknologi yang sama tentu saja dapat digunakan untuk mengubah atau bahkan menutupi transponder pada pesawat sipil sedemikian rupa untuk mengirim informasi palsu tentang identitas dan lokasi," jelasnya.

"Amerika Serikat memiliki kemampuan perang cyber dan elektronik baik untuk mengganggu dan mengubah sinyal yang berkaitan dengan transponder pesawat dan juga pertahanan udara Iran. Israel agaknya memiliki kemampuan yang sama."

Tuduhan Palsu

Bukan hanya itu, ia pun berpendapat bahwa tuduhan Presiden AS Donald Trump pada Soleimani adalah palsu.

Trump sebelumnya menyebut memerintahkan serangan untuk membunuh Soleimani karena orang penting nomor dua di Iran itu diyakininya merencanakan serangan berbahaya pada AS.

."Klaim bahwa Mayor Jenderal Qassem Soleimani adalah "teroris" dalam misi untuk melakukan serangan "segera" yang akan membunuh ratusan orang Amerika ternyata bohong," tegasnya.

"Jadi mengapa kita harus percaya pada hal lain yang berkaitan dengan perkembangan terakhir di Iran dan Irak?" katanya Giraldi.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Hati-Hati, Nuklir Iran Panas Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular