Tol Jadi 'Pembunuh' Baru Angkutan Pesawat Terbang

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
08 January 2020 12:10
Apakah bisnis penerbangan ke depan akan terimbas jangka panjang?
Foto: Penumpang mengantri di konter check-in ketika bandara dibuka kembali sehari setelah penerbangan dihentikan karena protes, di Bandara Internasional Hong Kong, Cina 13 Agustus 2019. REUTERS / Issei Kato
Jakarta, CNBC Indonesia - Jasa angkutan udara perlahan punya saingan baru terutama setelah selesainya infrastruktur jalan. Di Jawa ada Tol Trans Jawa dan di Sumatera ada Tol Trans Sumatera. Selain itu, jasa angkutan udara masih dibelit persoalan biaya tinggi hingga mempengaruhi harga tiket yang dianggap mahal.

Misalnya saja pada hari-hari besar seperti Lebaran dan Nataru 2019. Pada Nataru lalu, penumpang pesawat mengalami penurunan pada masa angkutan Natal dan tahun baru 2019/2020. Tingkat penurunan penumpang pesawat mencapai 6,51%. Kondisi ini juga terjadi pada periode Nataru tahun lalu.

"Penumpang sektor udara minus 6,51%. Jumlahnya menjadi 5.128.646 penumpang," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hengki Angkasawan.



Pada periode Natal dan tahun baru 2018/2019, jumlah penumpang pesawat tercatat sebanyak 5.485.478 penumpang. Dengan jumlah itu, berarti penumpang pesawat tahun ini turun sebanyak 348.246 orang.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nur Isnin menjelaskan, penurunan jumlah penumpang pesawat disebabkan karena infrastruktur pada moda transportasi lain sudah jauh lebih baik. Di Pulau Jawa, kini sudah tersambung Tol Trans Jawa.

"Penumpang transportasi udara dengan semakin baiknya transportasi lain, memang kita prediksi turun," kata Isnin.

Djoko Setijowarno, anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) juga mengakui memang ada faktor keberadaan tol yang memicu anjloknya angkutan udara pada musim libur atau hari keagamaan.

"Ada pengaruh harga tiket, tol Trans Jawa dan Tol trans Sumatera," kata Djoko Setijowarno, kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/1).

Bahkan menurut Djoko, angkutan udara akan ada pesaing baru, sehingga bisa jadi tren jangka panjang dengan makin kompetitifnya angkutan di darat dibandingkan angkutan udara.

"Apalagi nanti ada kereta semi cepat di pantura," kata Djoko.

Soal layanan kereta semi cepat yang akan menjadi pesaing atau lawan berat angkutan udara di masa depan pernah diramalkan oleh mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), beberapa waktu lalu.

"Karena memang sekarang sudah ada jalan tol lebih cepat. Nanti pada akhirnya akan terjadi persaingan antara kereta api dan pesawat udara. Karena kalau Surabaya-Jakarta sudah 5 jam nanti 3-4 tahun ke depan, akan sama waktu yang dipakai untuk naik pesawat terbang," kata JK di Jakarta, September 2019.

Sebelumnya Kemenhub, juga merilis data jumlah penumpang berbagai moda transportasi selama arus mudik dan balik Lebaran 2019. Berdasarkan data tersebut, jumlah penumpang transportasi udara anjlok 30% dibandingkan tahun lalu.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article 'Kiamat' Kursi Pesawat Nyata, Maskapai Siapkan Skenario Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular