Internasional

Komentari AS-Iran, Inggris: Kematian Soleimani tak Disesali

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 January 2020 16:04
Sejumlah negara komentari ketegangan AS dan Iran
Foto: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden AS Donald Trump (AP Photo/Francisco Seco)
Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran tidak hanya menjadi kepentingan negara-negara yang terlibat. Berbagai negara lainnya di dunia juga turut menyampaikan tanggapannya atas hal ini, termasuk negara-negara Eropa.

Ini dikarenakan serangan udara yang baru-baru ini diluncurkan AS atas perintah Presiden Donald Trump, telah membuat Iran geram. Bukan hanya itu, berbagai negara pun khawatir bahwa perang dunia ketiga akan lahir.

Apalagi serangan pada Jumat pagi di bandara internasional Baghdad Irak itu menewaskan Pimpinan Militer Iran Qasem Soleimani. Ini menyebabkan Iran marah dan berjanji membalas dendam.

Menanggapi kegentingan ini, dalam sebuah pernyataan singkat, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ia tidak akan menyesali kematian Soleimani. Namun, ia menyatakan perang bukanlah jalan yang layak ditempuh negara-negara yang terlibat perselisihan.

"Inggris tidak akan menyesali kematian Soleimani, yang telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil dan personel barat yang tak berdosa," kata Johnson sebagaimana dikutip dari The Independent, Senin (6/1/2020).

"Namun jelas bahwa semua seruan untuk membalas dendam hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan di wilayah itu dan tidak ada negara manapun yang ingin perang tercipta."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan ia berharap dapat mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran. Menurutnya, dialog dengan Eropa dan PBB penting untuk mengurangi ketegangan di Timur Tengah.

"Dalam beberapa hari mendatang, kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk mencegah peningkatan lebih lanjut dari situasi - di PBB, Uni Eropa dan dalam dialog dengan mitra kami di kawasan, termasuk berbicara dengan Iran," kata Maas kepada surat kabar Jerman Bild am Sonntag, sebagaimana dilaporkan DW.

Lebih lanjut, Maas mengatakan Jerman belum berencana mengirim tentara tambahan untuk berjaga di Irak meski ketegangan sedang meningkat di wilayah itu.

"Pertarungan melawan (Negara Islam) ISIS sedang dilakukan dan tetap menjadi kepentingan Jerman, dan Bundeswehr (angkatan bersenjata Jerman) memberikan pelatihan penting untuk tujuan ini di lapangan," kata Maas.

Selain kedua negara, Perancis juga mengambil sikap dalam keadaan ini. The Express melaporkan, pada Sabtu lalu Presiden Perancis Emmanuel Macron telah mengatur pertemuan dengan sejumlah negara Timur Tengah guna membahas krisis Iran.

Macron terus berkomunikasi dengan Presiden Irak Barham Salih dan dengan penguasa de facto Uni Emirat Arab, Pangeran Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Komunikasi intens dilakukan untuk menghindari semakin memanasnya ketegangan di Irak dan wilayah yang lebih luas.


Lebih lanjut, dalam laporannya, The Express mengatakan bahwa pertemuan antara Prancis dan Irak terjadi bertepatan dengan saat Iran mengibarkan bendera merah tanda perangnya di atas Masjid Jamkarān.


"Dikibarkannya bendera merah oleh Iran merupakan tanda bahwa perang hebat akan segera tiba." tulis media Inggris itu. Dalam bendera itu terdapat tulisan yang berbunyi, "Mereka yang ingin membalas darah Hussein"," tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Awas World War 3! Trump Ancam Hancurkan 52 Wilayah di Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular