
Sektor Ritel Paling Hancur Lebur Dilibas Banjir Jakarta
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
03 January 2020 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani menyebut kerugian paling parah akibat banjir di awal tahun ini ada di sektor ritel. Hal ini dikarenakan aktivitas penjualan yang sangat terganggu akibat banjir.
Banyak setra ritel yang aksesnya tertutup akibat banjir, sehingga tidak ada aktivitas jual beli. Ini belum termasuk kerugian jika air masuk ke pusat perbelanjaan. Sementara dampak ke perhotelan tidak separah ritel, karena pada umumnya transaksi hotel sudah terjadi sebelum masa liburan akhir tahun.
Akan tetapi untuk perhotelan, dampaknya dirasakan oleh pengunjung di mana kenyamanan terganggu akibat banjir. Sehingga dampak non materinya menjadi lebih besar.
"Kerugian karena banjir bisa dibilang yang paling parah ada di ritel karena aktivitas penjualan ritel menjadi sangat terganggu karena banjir," ungkapnya saat dihubungi, Jumat, (3/01/2020).
Ia menerangkan di sektor logistik kerugiannya juga tinggi, karena perusahaan pengangkutan tidak bisa beroperasi akibat sarana transportasi tergenang air. Menurutnya kemungkinan besar aset sektor logistik menjadi rusak akibat banjir, sehingga perawatannya menjadi tinggi.
"Belum lagi kerugian karena harus menghentikan operasi dan kerugian kalau klien meminta ganti rugi bila consignment (pengiriman) tidak dikirimkan tepat waktu, dan lain-lain," katanya.
Di sektor-sektor lain menurutnya juga terdampak, namun bentuk kerugiannya berbeda-beda. Apindo belum bisa mendata berapa besar kerugian yang ditanggung pelaku usaha nasional dari peristiwa ini.
"Banjir tentu saja sangat merugikan pengusaha nasional. Di satu sisi pelaku usaha mengalami kerugian karena kerusakan aset. Di sisi sales untuk produk konsumsi yang bersifat kebutuhan non-primer juga menjadi turun," katanya.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo mengatakan omset penjualan menurun drastis ditambah kerusakan barang-barang ritel akibat genangan banjir.
"Secara rupiah nggak bisa dibicarakan detil. Tetapi omzet turun drastis minimal 50%," kata Budihardjo.
(hoi/hoi) Next Article Banjir : Problem Berabad DKI yang Rugikan Triliunan Rupiah
Banyak setra ritel yang aksesnya tertutup akibat banjir, sehingga tidak ada aktivitas jual beli. Ini belum termasuk kerugian jika air masuk ke pusat perbelanjaan. Sementara dampak ke perhotelan tidak separah ritel, karena pada umumnya transaksi hotel sudah terjadi sebelum masa liburan akhir tahun.
Akan tetapi untuk perhotelan, dampaknya dirasakan oleh pengunjung di mana kenyamanan terganggu akibat banjir. Sehingga dampak non materinya menjadi lebih besar.
Ia menerangkan di sektor logistik kerugiannya juga tinggi, karena perusahaan pengangkutan tidak bisa beroperasi akibat sarana transportasi tergenang air. Menurutnya kemungkinan besar aset sektor logistik menjadi rusak akibat banjir, sehingga perawatannya menjadi tinggi.
"Belum lagi kerugian karena harus menghentikan operasi dan kerugian kalau klien meminta ganti rugi bila consignment (pengiriman) tidak dikirimkan tepat waktu, dan lain-lain," katanya.
Di sektor-sektor lain menurutnya juga terdampak, namun bentuk kerugiannya berbeda-beda. Apindo belum bisa mendata berapa besar kerugian yang ditanggung pelaku usaha nasional dari peristiwa ini.
"Banjir tentu saja sangat merugikan pengusaha nasional. Di satu sisi pelaku usaha mengalami kerugian karena kerusakan aset. Di sisi sales untuk produk konsumsi yang bersifat kebutuhan non-primer juga menjadi turun," katanya.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo mengatakan omset penjualan menurun drastis ditambah kerusakan barang-barang ritel akibat genangan banjir.
"Secara rupiah nggak bisa dibicarakan detil. Tetapi omzet turun drastis minimal 50%," kata Budihardjo.
(hoi/hoi) Next Article Banjir : Problem Berabad DKI yang Rugikan Triliunan Rupiah
Most Popular