Banjir : Problem Berabad DKI yang Rugikan Triliunan Rupiah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 January 2020 12:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Jakarta memang sudah tak asing lagi dengan banjir karena merupakan problem berabad yang belum dapat disembuhkan. Walau bukan hal yang baru, tetapi kerugian yang diderita ibu kota ditaksir mencapai triliunan rupiah.
Mengawali tahun baru 2020, DKI Jakarta dihadiahi banjir akibat hujan lebat yang mengguyur ibu kota sepanjang malam tahun baru. Tak hanya DKI Jakarta saja, kota metropolitan lain pun juga kena dampaknya. Banjir juga menggenangi Bekasi, Bogor, Depok sampai ke Tangerang Selatan.
Menurut catatan Kementerian Sosial (Kemensos) jumlah korban meninggal dalam bencana banjir tahun ini mencapai 21 orang yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Sementara posko banjir Jakarta mencatat jumlah pengungsi mencapai 31.232 orang hingga Rabu kemarin (1/1/2020).
Memang bukan kado yang indah. Namun problematika banjir DKI Jakarta sudah terjadi berabad-abad silam, bahkan sejak zaman kolonialisme. Banjir seolah menjadi bencana yang tak terelakkan bagi kota yang dihuni lebih dari 10 juta orang ini.
Sejarah mencatat pada 1699 kala itu Jakarta masih bernama Batavia tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Ciliwung setelah Gunung Salak meletus. Tak berapa lama kemudian tepatnya pada 1714 Sungai Ciliwung kembali meluap setelah hutan di kawasan puncak dibuka.
Pada 1996, banjir kembali melanda ibu kota dan menewaskan 10 orang. Seiring dengan berjalannya waktu, banjir yang terjadi di Jakarta semakin parah dan mengerikan. Pada 2002 banjir yang terjadi mengakibatkan tewasnya 25 orang. Menurut The Dartmouth Flood Observatory, banjir kala itu merupakan yang terbesar dalam sejarah Jakarta.
Berselang lima tahun setelahya, Jakarta kembali harus menjadi kolam air raksasa. Banjir pada tahun 2007 merupakan banjir yang terbesar dalam tiga abad terakhir. Menurut catatan WHO banjir kala itu telah menewaskan lebih dari 60 orang.
Di tahun 2007, penyebab banjir bandang adalah hujan lebat yang mengguyur Jakarta pada 29 Januari - 2 Februari. Akibatnya hampir 75% kota di DKI Jakarta tergenang air. Lebih dari 400.000 orang harus mengungsi kala itu.
Kerugian finansial yang tercatat mencapai US$ 900 juta, atau setara dengan Rp 8,2 triliun dengan kurs kala itu. Bahkan menurut estimasi dengan pendekatan lain, nilai kerugian ekonominya bisa mencapai Rp 21 triliun.
Mengawali tahun baru 2020, DKI Jakarta dihadiahi banjir akibat hujan lebat yang mengguyur ibu kota sepanjang malam tahun baru. Tak hanya DKI Jakarta saja, kota metropolitan lain pun juga kena dampaknya. Banjir juga menggenangi Bekasi, Bogor, Depok sampai ke Tangerang Selatan.
Menurut catatan Kementerian Sosial (Kemensos) jumlah korban meninggal dalam bencana banjir tahun ini mencapai 21 orang yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Sementara posko banjir Jakarta mencatat jumlah pengungsi mencapai 31.232 orang hingga Rabu kemarin (1/1/2020).
Sejarah mencatat pada 1699 kala itu Jakarta masih bernama Batavia tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Ciliwung setelah Gunung Salak meletus. Tak berapa lama kemudian tepatnya pada 1714 Sungai Ciliwung kembali meluap setelah hutan di kawasan puncak dibuka.
Pada 1996, banjir kembali melanda ibu kota dan menewaskan 10 orang. Seiring dengan berjalannya waktu, banjir yang terjadi di Jakarta semakin parah dan mengerikan. Pada 2002 banjir yang terjadi mengakibatkan tewasnya 25 orang. Menurut The Dartmouth Flood Observatory, banjir kala itu merupakan yang terbesar dalam sejarah Jakarta.
Berselang lima tahun setelahya, Jakarta kembali harus menjadi kolam air raksasa. Banjir pada tahun 2007 merupakan banjir yang terbesar dalam tiga abad terakhir. Menurut catatan WHO banjir kala itu telah menewaskan lebih dari 60 orang.
Di tahun 2007, penyebab banjir bandang adalah hujan lebat yang mengguyur Jakarta pada 29 Januari - 2 Februari. Akibatnya hampir 75% kota di DKI Jakarta tergenang air. Lebih dari 400.000 orang harus mengungsi kala itu.
Kerugian finansial yang tercatat mencapai US$ 900 juta, atau setara dengan Rp 8,2 triliun dengan kurs kala itu. Bahkan menurut estimasi dengan pendekatan lain, nilai kerugian ekonominya bisa mencapai Rp 21 triliun.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular