
Inflasi 2019 Rendah Gara-gara Daya Beli Bermasalah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2020 09:19

Konsumsi sudah merasakan pahitnya kinerja ekspor dan investasi. Ekspor Indonesia sampai November 2019 masih terkontraksi alias tumbuh negatif. Bahkan ekspor sudah mengalami kontraksi selama 13 bulan beruntun.
Baca: IMF: Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Global ke Titik Nadir
Kala ekspor lesu, dunia usaha pun enggan melakukan ekspansi. Ini terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di zona kontraksi selama enam bulan terakhir.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika di bawah 50, maka berarti dunia usaha belum melakukan ekspansi.
Saat produksi berkurang karena kontraksi di sektor manufaktur, pendapatan rumah tangga akan terpengaruh. Ini terlihat dari indeks penghasilan saat ini yang merupakan bagian dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada November 2019, indeks penghasilan saat ini berada di 119,6. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi sepanjang 2019 terlihat ada tren penurunan.
Situasi ini membuat rumah tangga mulai mengurangi konsumsi, terutama pembelian barang-barang tahan lama (durable goods). Indeks pembelian barang tahan lama pada November 2019 adalah 113,6. Naik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada tren bergerak ke selatan sejak pertengahan 2019.
Sementara ndeks ekspektasi penghasilan enam bulan mendatang pada November 2019 adalah 151,2. Juga lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi berada dalam tren penurunan.
"Kondisi daya beli ini membutuhkan perhatian lebih terutama dari otoritas fiskal, bagaimana program Bantuan Sosial ke depan harus disalurkan dengan lebih efektif. Pada kuartal I-2020, perekonomian domestik akan lebih membutuhkan dukungan investasi dan belanja pemerintah karena daya beli berisiko tergerus karena kenaikan harga rokok, iuran BPJS, dan sejumlah tarif jalan tol yang berlaku mulai 1 Januari," papar Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Baca: IMF: Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Global ke Titik Nadir
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika di bawah 50, maka berarti dunia usaha belum melakukan ekspansi.
Saat produksi berkurang karena kontraksi di sektor manufaktur, pendapatan rumah tangga akan terpengaruh. Ini terlihat dari indeks penghasilan saat ini yang merupakan bagian dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Pada November 2019, indeks penghasilan saat ini berada di 119,6. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi sepanjang 2019 terlihat ada tren penurunan.
Situasi ini membuat rumah tangga mulai mengurangi konsumsi, terutama pembelian barang-barang tahan lama (durable goods). Indeks pembelian barang tahan lama pada November 2019 adalah 113,6. Naik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada tren bergerak ke selatan sejak pertengahan 2019.
Sementara ndeks ekspektasi penghasilan enam bulan mendatang pada November 2019 adalah 151,2. Juga lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya tetapi berada dalam tren penurunan.
"Kondisi daya beli ini membutuhkan perhatian lebih terutama dari otoritas fiskal, bagaimana program Bantuan Sosial ke depan harus disalurkan dengan lebih efektif. Pada kuartal I-2020, perekonomian domestik akan lebih membutuhkan dukungan investasi dan belanja pemerintah karena daya beli berisiko tergerus karena kenaikan harga rokok, iuran BPJS, dan sejumlah tarif jalan tol yang berlaku mulai 1 Januari," papar Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular