
Ini Fakta Terbaru Lesunya Konsumsi & Daya Beli Masyarakat RI
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 November 2019 13:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan ekonomi Indonesia terlihat semakin nyata. Walau risiko resesi masih jauh, tetapi bukan berarti ekonomi Indonesia baik-baik saja.
Kekuatan utama perekonomian Indonesia adalah konsumsi. Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga menyumbang 56,52% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun ada hawa penurunan konsumsi, atau minimal perlambatan lah. Ini dikonfirmasi oleh data penjualan otomotif terbaru.
Pada Oktober, penjualan mobil turun 9,5% year-on-year (YoY). Sudah empat bulan beruntun penjualan mobil berada di teritori negatif.
Sementara penjualan sepeda motor turun 2% YoY pada Oktober. Dalam tiga bulan terakhir, penjualan motor terlihat dalam tren menurun.
Data-data di level yang lebih makro juga memberi gambaran serupa. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang masih di atas 100, berarti rumah tangga masih optimistis menghadapi perekonomian saat ini dan masa depan.
Namun angka IKK terus menurun dalam lima bulan terakhir. Pada Oktober, IKK mencatatkan angka terendah sejak Februari 2017.
Dilihat lebih dalam lagi, sub-indeks pembelian barang tahan lama (durable goods) terus mengalami penurunan. Porsi pengeluaran untuk konsumsi juga mengarah ke selatan.
Selain itu, penurunan konsumsi juga terlihat dari setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penerimaan PPN menggambarkan seberapa besar transaksi di perekonomian. Ketika PPN turun, artinya aktivitas jual-beli lesu.
Pada Januari-Agustus 2019, penerimaan PPN dalam negeri tercatat Rp 167,63 trilun. Turun 6,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penurunan PPN dalam negeri sejalan dengan IKK dan propensity to consume yang mengalami penurunan," sebut dokumen APBN Kita edisi September 2019.
Jadi memang harus diakui bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang bermasalah. Kalau konsumsi seret, maka tidak heran pertumbuhan ekonomi tidak bisa dipacu lebih cepat. Mentok di kisaran 5%.
Kekuatan utama perekonomian Indonesia adalah konsumsi. Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga menyumbang 56,52% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun ada hawa penurunan konsumsi, atau minimal perlambatan lah. Ini dikonfirmasi oleh data penjualan otomotif terbaru.
Sementara penjualan sepeda motor turun 2% YoY pada Oktober. Dalam tiga bulan terakhir, penjualan motor terlihat dalam tren menurun.
Data-data di level yang lebih makro juga memberi gambaran serupa. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang masih di atas 100, berarti rumah tangga masih optimistis menghadapi perekonomian saat ini dan masa depan.
Namun angka IKK terus menurun dalam lima bulan terakhir. Pada Oktober, IKK mencatatkan angka terendah sejak Februari 2017.
Dilihat lebih dalam lagi, sub-indeks pembelian barang tahan lama (durable goods) terus mengalami penurunan. Porsi pengeluaran untuk konsumsi juga mengarah ke selatan.
![]() |
Selain itu, penurunan konsumsi juga terlihat dari setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penerimaan PPN menggambarkan seberapa besar transaksi di perekonomian. Ketika PPN turun, artinya aktivitas jual-beli lesu.
Pada Januari-Agustus 2019, penerimaan PPN dalam negeri tercatat Rp 167,63 trilun. Turun 6,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penurunan PPN dalam negeri sejalan dengan IKK dan propensity to consume yang mengalami penurunan," sebut dokumen APBN Kita edisi September 2019.
Jadi memang harus diakui bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang bermasalah. Kalau konsumsi seret, maka tidak heran pertumbuhan ekonomi tidak bisa dipacu lebih cepat. Mentok di kisaran 5%.
Pages
Most Popular