
Flu Babi Kepung Sumut, Jutaan Babi di RI Harus Diselamatkan
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
27 December 2019 14:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Peternak babi lokal mengaku khawatir soal wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang menyerang 16 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara. Para peternak di luar Sumut meminta distribusi babi dari wilayah terdampak ke daerah lain diminta dihentikan untuk mencegah penyebaran virus flu babi yang mematikan bagi babi.
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan, kemungkinan penyebaran wabah bisa saja masuk melalui transportasi logistik dari Sumatera Utara. Kendaraan dianggap bisa menjadi media penularan, meski babi yang diangkut diyakini bebas dari ASF.
"Transportasi babi di wilayah terdampak ke wilayah lain harus diantisipasi karena itu bisa menjadi media penular," kata Hari saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).
Dengan penghentian distribusi, maka babi berisiko menularkan akan terisolasi di wilayah terdampak. Ia berharap ada ketegasan pemerintah untuk mencegah masuknya transportasi pengangkut babi dari Sumatera Utara atau wilayah terdampak flu babi ke daerah lain.
"Memang ini menjadi dilema, di satu sisi memikirkan peternak di Sumatera Utara, namun di sisi lain ada jutaan babi yang perlu diselamatkan," kata Hari.
Pada Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018 Kementerian Pertanian, tercatat populasi ternak babi mencapai 8,542 juta ekor pada tahun lalu. Jumlah ini meningkat sekitar 11% dari populasi pada 2014 yang hanya 7,694 juta ekor.
Peternak babi di Sumatera Utara biasa mengirim daging ke Jakarta dan juga mengekspornya ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pemerintah Malaysia dilaporkan sudah melarang impor masuk ke negaranya.
Hari mengaku wabah ASF sampai saat ini belum ditemukan masuk ke Provinsi Bali. Ia mengatakan telah membuat biosecurity di sekitar peternakannya sebagai antisipasi menyebarnya wabah, dibantu juga dinas pertanian dan pemerintah daerah setempat.
CNBC Indonesia telah mencoba mengonfirmasi ke Kementerian Pertanian, namun belum ada tanggapan. Sebelumnya, Kamis (26/12/2019), Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Fadjar Sumping mengatakan pihaknya telah menerapkan biosecurity atau pengawasan lalu lintas terhadap ternak babi dari level wilayah sampai ke level peternakan.
Tujuannya agar wabah tidak menular atau masuk antar kandang atau antar wilayah. Sejauh ini, ada 16 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang berstatus wabah flu babi Afrika. Hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumatera Utara sudah mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten diduga akibat virus tersebut.
(hoi/hoi) Next Article Virus Misterius Diduga Picu Kematian Seribuan Babi di Bali
Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan, kemungkinan penyebaran wabah bisa saja masuk melalui transportasi logistik dari Sumatera Utara. Kendaraan dianggap bisa menjadi media penularan, meski babi yang diangkut diyakini bebas dari ASF.
"Transportasi babi di wilayah terdampak ke wilayah lain harus diantisipasi karena itu bisa menjadi media penular," kata Hari saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).
"Memang ini menjadi dilema, di satu sisi memikirkan peternak di Sumatera Utara, namun di sisi lain ada jutaan babi yang perlu diselamatkan," kata Hari.
Pada Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2018 Kementerian Pertanian, tercatat populasi ternak babi mencapai 8,542 juta ekor pada tahun lalu. Jumlah ini meningkat sekitar 11% dari populasi pada 2014 yang hanya 7,694 juta ekor.
Peternak babi di Sumatera Utara biasa mengirim daging ke Jakarta dan juga mengekspornya ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pemerintah Malaysia dilaporkan sudah melarang impor masuk ke negaranya.
Hari mengaku wabah ASF sampai saat ini belum ditemukan masuk ke Provinsi Bali. Ia mengatakan telah membuat biosecurity di sekitar peternakannya sebagai antisipasi menyebarnya wabah, dibantu juga dinas pertanian dan pemerintah daerah setempat.
CNBC Indonesia telah mencoba mengonfirmasi ke Kementerian Pertanian, namun belum ada tanggapan. Sebelumnya, Kamis (26/12/2019), Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Fadjar Sumping mengatakan pihaknya telah menerapkan biosecurity atau pengawasan lalu lintas terhadap ternak babi dari level wilayah sampai ke level peternakan.
Tujuannya agar wabah tidak menular atau masuk antar kandang atau antar wilayah. Sejauh ini, ada 16 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang berstatus wabah flu babi Afrika. Hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumatera Utara sudah mencapai 27.070 ekor di 16 kabupaten diduga akibat virus tersebut.
(hoi/hoi) Next Article Virus Misterius Diduga Picu Kematian Seribuan Babi di Bali
Most Popular