
Tol Trans Jawa Saingan 'Berat' Pesawat, Penumpang Anjlok 18%
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
22 December 2019 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Angkasa Pura II (Persero) memprediksi hingga akhir tahun 2019 akan terjadi penurunan penumpang pesawat terbang sebesar 18,85% menjadi sekitar 90,46 juta penumpang. Jumlah ini jauh dibandingkan tahun 2018 sebesar 112,6 juta dari total 16 Bandara yang dikelola.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menerangkan mahalnya tiket pesawat jadi salah satu penyebab penurunan penumpang pesawat udara.
"Dengan resmi kita memperkirakan akibat dari turbulensi, pergerakan penumpang kita menurun 18% jadi 90,5 juta," ungkapnya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (22/12/2019).
Selain harga tiket yang mahal, penyebab lain dari turunnya penumpang adalah makin banyaknya pilihan transportasi masyarakat. Mulai dari terbangunnya tol Trans Jawa hingga kapasitas kereta api yang semakin banyak. "Nggak bisa kesampingkan tol Trans Jawa, pada dasarnya pilihan transportasi bertambah," imbuhnya.
Semakin banyaknya pilihan moda transportasi darat, maka banyak juga masyarakat yang beralih. Lebih lanjut dirinya mengatakan secara lalu lintas memang sedang turun, bahkan di seluruh dunia.
"Di Jawa banyak infrastruktur darat yang semakin membaik, itu saingan. Contohnya di darat naiknya cukup tinggi sedangkan udara turun," terangnya.
Meski kondisinya sedang tidak baik, Awaluddin mengaku tidak akan menghentikan pembangunan infrastruktur kebandarudaraan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, pasca tahun 1998 dan 2008 penumpang tumbuh tinggi, namun tidak dibarengi dengan pengembangan infrastruktur sehingga tidak bisa recovery demand yang tinggi.
Pihaknya optimistis, tahun depan jumlah penumpang angkutan udara akan membaik, naik sekitar 5%, karena moda transportasi udara masih akan diminati masyarakat. "Demand ini akan tumbuh terus ketika itu. Nanti akan jadi keseimbangan lagi," terangnya.
Hal senada disampaikan Direktur Teknik dan Operasi PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo. Menurutnya infrastruktur di Jawa semakin membaik sehingga orang mulai beralih, meskipun harga tiket juga menjadi penyebab. Menurutnya jika kereta cepat Jakarta - Surabaya jadi akan semakin banyak lagi yang beralih.
"Kereta cepat Jakarta- Surabaya jadi habis (penumpang). Jadi memang kondisi market dan daya beli masyarakat. Yang saya tangkap demand akan tumbuh terus pada saatnya nanti akan terjadi keseimbangan," terangnya.
(hoi/hoi) Next Article Setengah Juta Lebih Kendaraan Tinggalkan DKI, Menuju Bandara!
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menerangkan mahalnya tiket pesawat jadi salah satu penyebab penurunan penumpang pesawat udara.
"Dengan resmi kita memperkirakan akibat dari turbulensi, pergerakan penumpang kita menurun 18% jadi 90,5 juta," ungkapnya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (22/12/2019).
Semakin banyaknya pilihan moda transportasi darat, maka banyak juga masyarakat yang beralih. Lebih lanjut dirinya mengatakan secara lalu lintas memang sedang turun, bahkan di seluruh dunia.
"Di Jawa banyak infrastruktur darat yang semakin membaik, itu saingan. Contohnya di darat naiknya cukup tinggi sedangkan udara turun," terangnya.
Meski kondisinya sedang tidak baik, Awaluddin mengaku tidak akan menghentikan pembangunan infrastruktur kebandarudaraan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, pasca tahun 1998 dan 2008 penumpang tumbuh tinggi, namun tidak dibarengi dengan pengembangan infrastruktur sehingga tidak bisa recovery demand yang tinggi.
Pihaknya optimistis, tahun depan jumlah penumpang angkutan udara akan membaik, naik sekitar 5%, karena moda transportasi udara masih akan diminati masyarakat. "Demand ini akan tumbuh terus ketika itu. Nanti akan jadi keseimbangan lagi," terangnya.
Hal senada disampaikan Direktur Teknik dan Operasi PT Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo. Menurutnya infrastruktur di Jawa semakin membaik sehingga orang mulai beralih, meskipun harga tiket juga menjadi penyebab. Menurutnya jika kereta cepat Jakarta - Surabaya jadi akan semakin banyak lagi yang beralih.
"Kereta cepat Jakarta- Surabaya jadi habis (penumpang). Jadi memang kondisi market dan daya beli masyarakat. Yang saya tangkap demand akan tumbuh terus pada saatnya nanti akan terjadi keseimbangan," terangnya.
(hoi/hoi) Next Article Setengah Juta Lebih Kendaraan Tinggalkan DKI, Menuju Bandara!
Most Popular