
Duh, BBG RI Gak Maju Juga Gegara Mafia Migas?
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 December 2019 20:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi gas RI yang melimpah coba dimanfaatkan pemerintah untuk bahan bakar transportasi. Tujuannya mulia, demi menekan impor minyak setelah kendaraan beralih dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG).
Sayangnya implementasinya tidak maksimal, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) (2009-2019) Tumiran menduga ada peran mafia dibalik semua ini.
Dirinya menerangkan, untuk memaksimalkan BBG mestinya pemerintah terkait mendorong industri otomotif untuk membuat kendaraan dengan double injection supaya kendaraan bisa menggunakan gas dan bahan bakar minyak. Kemungkinan lain selain keberadaan mafia migas adalah lambatnya pemerintah menyiapkan infrastruktur gas.
"Sehingga di sini akan menjadi efisien tapi itu kan nggak banyak dikerjakan. Apa yang terjadi saya tidak tahu apa pengaruh mafia yang pengaruhi policy?," tanyanya Kamis, (19/12/2019).
Mestinya, jika ini berjalan baik masyarakat bisa punya dua pilihan dalam menentukan penggunaan bahan bakar, baik gas dan minyak. Meski demikian dirinya tetap mengapresiasi langkah pemerintah yang sudah menerapkan B20 dan sebentar lagi B30.
Dirinya kembali menyarankan, sebelum bergerak lebih jauh ke B50 mestinya pemerintah mengajak industri untuk bekerjasama agar mesin-mesin siap menerima b50. "Kalau enggak nanti sifatnya suka rela jadikan ini untuk meningkatkan mutu kualitas mesin," imbuhnya.
Demi menghindari keberadaan mafia migas, Tumiran menyarankan agar pemerintah serius menekan impor. Pasalnya selama impor migas tinggi, para mafia akan terus bermain di dalamnya. Misalnya mendorong penggunaan listrik untuk masak.
"Pertamina bisa nggak beli lebih murah daripada trader, apakah dia kontrak dengan Aramco di Arab saudi dengan langsung diperoleh berapa margin terbuka management, kalau lewat trader terus ya melalui mafia terus," sesalnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kesal bukan main soal impor minyak RI yang terus membengkak dan membuat ekonomi negara ini susah maju. Menurutnya, ada peran para importir atau mafia di balik semua ini.
(gus) Next Article Gandeng Jepang, RI Masih Gencar Bangun SPBG
Sayangnya implementasinya tidak maksimal, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) (2009-2019) Tumiran menduga ada peran mafia dibalik semua ini.
Dirinya menerangkan, untuk memaksimalkan BBG mestinya pemerintah terkait mendorong industri otomotif untuk membuat kendaraan dengan double injection supaya kendaraan bisa menggunakan gas dan bahan bakar minyak. Kemungkinan lain selain keberadaan mafia migas adalah lambatnya pemerintah menyiapkan infrastruktur gas.
Mestinya, jika ini berjalan baik masyarakat bisa punya dua pilihan dalam menentukan penggunaan bahan bakar, baik gas dan minyak. Meski demikian dirinya tetap mengapresiasi langkah pemerintah yang sudah menerapkan B20 dan sebentar lagi B30.
Dirinya kembali menyarankan, sebelum bergerak lebih jauh ke B50 mestinya pemerintah mengajak industri untuk bekerjasama agar mesin-mesin siap menerima b50. "Kalau enggak nanti sifatnya suka rela jadikan ini untuk meningkatkan mutu kualitas mesin," imbuhnya.
Demi menghindari keberadaan mafia migas, Tumiran menyarankan agar pemerintah serius menekan impor. Pasalnya selama impor migas tinggi, para mafia akan terus bermain di dalamnya. Misalnya mendorong penggunaan listrik untuk masak.
"Pertamina bisa nggak beli lebih murah daripada trader, apakah dia kontrak dengan Aramco di Arab saudi dengan langsung diperoleh berapa margin terbuka management, kalau lewat trader terus ya melalui mafia terus," sesalnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kesal bukan main soal impor minyak RI yang terus membengkak dan membuat ekonomi negara ini susah maju. Menurutnya, ada peran para importir atau mafia di balik semua ini.
(gus) Next Article Gandeng Jepang, RI Masih Gencar Bangun SPBG
Most Popular